Hal itulah yang membuat Pertamina menamakannya sebagai Pertamax Green 92. BBM jenis baru ini kemudian diklaim menjadi salah satu langkah untuk menurunkan emisi karbon dan menghasilkan BBM yang lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA:Benarkah Pertamax Lebih Irit dari Pertalite? Cek Alasan dan Bedanya di Sini
Di sisi lain, Green 92 juga dikembangkan dengan bilangan oktan yang ditingkatkan lebih tinggi dari pertalite. Pertamax Green 92 dikembangkan dari RON (Research Octane Number) 90 menjadi RON 92 dengan tambahan 7 persen etanol.
Campuran etanol meningkatkan nilai menjadi RON 92, yang membuat mesin dapat beroperasi lebih efisien dan meminimalkan risiko kerusakan. Bilangan oktan ini adalah satuan angka yang menunjukkan nilai suatu bahan bakar. Semakin tinggi nilai oktan, maka akan semakin ramah lingkungan.
Selain itu, nilai oktan dalam BBM juga menjadi faktor penentu kinerja bahan bakar terhadap mesin bermotor. Jika nilai oktan tinggi akan memungkinkan kendaraan untuk tidak memerlukan banyak tambahan bahan bakar. Artinya bahan bakar dengan nilai oktan lebih tinggi akan lebih hemat.
2. Diesel
Pemerintah dalam waktu dekat akan merilis bahan bakar minyak (BBM) jenis terbaru pada 1 September 2024 mendatang.
Produk BBM baru ini akan tersedia di 3 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta.
“Kita mulai dari 3 SPBU di Jakarta. Produk ini berasal dari kilang Balongan yang sudah mampu menghasilkan BBM Ultra low sulfur,” kata Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, di Gedung Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (17/7/2024).
Jenis BBM baru tersebut adalah ‘Diesel’. “Ya, Diesel dulu,” tambah Taufik. KPI siap meluncurkan BBM baru dengan kandungan sulfur rendah karena kilang Pertamina sudah mampu memproduksi 900 ribu barel per bulan dengan spesifikasi sulfur 50 PPM.
BACA JUGA:Daftar Jenis Motor dan Mobil yang Bakal Tak Bisa Isi BBM Pertalite, Apa Saja?
Apa Itu BBM Rendah Sulfur?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait rencana Bahan Bakar Minyak (BBM) baru yang diklaim lebih ramah lingkungan.
"Kita sekarang ini udara kita banyak emisi ini bagaimana caranya supaya ngurangin kita hidup sehat ini alternatifnya pakai BBM rendah sulfur," kata Arifin Tasrif saat ditemui di kantornya Kementerian ESDM, Jumat (12/7/2024).
Dia menuturkan, sejauh ini Pemerintah belum berencana membuat BBM jenis baru dalam waktu dekat. Lantaran pihaknya masih mencari formula yang tepat agar bisa mengurangi kandungan sulfur dalam BBM.
"Jadi, begini kita cari bahan pencampur yang bisa mengurangi sulfur konten. Sekarang kita masih 500 ppm-an. Kalau standarnya Euro 5 harus di bawah 50. Menuju itu ongkosnya ada. Tapi kilang kita belum kelar di Balikpapan," jelas Arifin.