Sumber gempa megathrust ini biasanya berada jauh di bawah laut, sehingga sangat sulit untuk melakukan pengamatan mendetail.
Meskipun begitu, para ahli menggunakan berbagai metode seperti pengukuran seismik, geologi, dan geodetik untuk mempelajari zona-zona ini.
Namun, meskipun berbagai alat dan teknologi telah digunakan, masih sangat sulit untuk memprediksi kapan tepatnya gempa megathrust akan terjadi.
BACA JUGA:Promo HUT RI ke-79, Bank Mandiri Beri Diskon hingga 50 Persen, Jangan Dilewatkan!
Menurut Raúl Pérez-López, seorang ahli geologi gempa bumi di Geological and Mining Institute di Spanyol, satu gempa bumi megathrust setara dengan energi yang dilepaskan oleh 32.000 bom nuklir Hiroshima.
Ini menunjukkan betapa dahsyatnya dampak yang bisa ditimbulkan oleh gempa jenis ini. Pelepasan energi yang sangat besar selama gempa megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah di sekitarnya, terutama jika diikuti dengan tsunami.
Tsunami yang dihasilkan oleh gempa megathrust bisa sangat dahsyat karena adanya pergerakan vertikal dasar laut yang besar ketika gempa terjadi.
Gelombang tsunami ini dapat menyapu wilayah pesisir dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, menghancurkan apa saja yang ada di jalurnya.
BACA JUGA:Lomba Ghibah Ras Terkuat di Bumi Warnai Perlombaan HUT RI Ke 79 di Seluma, Ini Pesan Moralnya
Megathrust di Pulau Jawa: Ancaman yang Mengintai
Pulau Jawa, yang merupakan pulau dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, dikelilingi oleh sejumlah zona megathrust yang berpotensi memicu gempa bumi besar dan tsunami.
BMKG telah mengidentifikasi sejumlah zona megathrust di sekitar Pulau Jawa yang memiliki potensi untuk "pecah" dalam waktu dekat.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, terdapat dua zona megathrust di Indonesia yang sudah lama tidak mengalami gempa besar, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Kedua zona ini telah menjadi perhatian utama para ahli gempa, karena mereka percaya bahwa gempa besar di kedua wilayah ini hanya tinggal menunggu waktu.
BACA JUGA:Daftar 13 Instansi yang Buka Formasi CPNS 2024 Terbanyak, Buruan Cek
Seismic gap, atau zona sumber gempa yang potensial namun belum mengalami gempa besar dalam puluhan hingga ratusan tahun terakhir, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini.
BMKG mencatat bahwa segmen Megathrust Mentawai-Siberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali menyebabkan gempa pada lebih dari seratus tahun lalu, dan potensi gempa besar berikutnya terus meningkat seiring waktu.
BACA JUGA:Bertema Nusantara, Ini Keunggulan Paspor Baru Indonesia Dibandingkan Paspor Lama