Singgung Soal Raja Jawa Saat Pidato, Begini Klarifikasi Ketum Golkar Bahlil Lahadalia

Sabtu 24-08-2024,22:24 WIB
Reporter : Novan Alqadri
Editor : ahmad afandi

Dia mengingatkan agar kader partai berlambang pohon beringin itu tetap menuruti perintah dan keinginan ‘Raja Jawa’.

Namun, dia tidak menyebutkan siapa yang dimaksud dengan ‘Raja Jawa’.“Karena itu pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai kelanjutan dari pemerintah Jokowi-Maruf Amin. Jadi kita harus lebih paten lagi. Soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main celaka kita,” ujar Bahlil di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2024). 

BACA JUGA:Ini Daftar Pasangan Bakal Calon Kepala Daerah yang Diusung Golkar, Rekomendasi Sudah Keluar

Sejarah dan Makna Raja Jawa

Secara historis, sebutan "Raja Jawa" merujuk pada penguasa di wilayah Jawa, dan istilah ini kurang tepat jika dikaitkan dengan seorang presiden yang memimpin seluruh Indonesia. Dalam sejarah, Pulau Jawa memiliki banyak raja, yang kekuasaannya terbagi menurut wilayahnya masing-masing. Salah satu kerajaan yang masih diakui hingga kini adalah keturunan Kerajaan Mataram Islam.

Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia, berdiri di Jawa pada abad ke-16 hingga abad ke-18. Kerajaan ini memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam dan perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.

Awal Mula dan Kepemimpinan Kerajaan Mataram Islam 

Pada tahun 1575, Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang, menghadiahkan hutan Mentaok kepada Ki Ageng Pamanahan atas jasanya mengalahkan Arya Penangsang dari Jipang. Ki Ageng Pamanahan kemudian membangun wilayah tersebut, yang berkembang menjadi pusat kekuasaan baru.

BACA JUGA:Jelang Pilkada Jateng, Viral Tagar #Asalbukanpolisi, Golkar Buka Suara

Panembahan Senopati, putra Ki Ageng Pamanahan, menjadi raja pertama Mataram Islam. Di bawah kepemimpinannya, Mataram Islam mencapai kejayaannya, dengan berbagai modernisasi dan reformasi, termasuk dalam sektor ekonomi, militer, dan administrasi.

Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang memerintah setelah Panembahan Senopati, memperluas wilayah kekuasaan Mataram hingga Madura dan melancarkan serangan terhadap VOC di Batavia. Namun, setelah wafatnya, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran.

Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam

Setelah Sultan Agung wafat, putranya, Amangkurat I, naik takhta. Namun, di bawah kepemimpinannya, Mataram mengalami kemerosotan yang ditandai dengan serangan Trunojoyo, yang melemahkan pertahanan kerajaan. Tekanan dari VOC dan kerajaan lainnya semakin memperburuk situasi, hingga akhirnya terjadi Perjanjian Giyanti pada 1755, yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Saat ini, Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono, sementara Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono.

BACA JUGA:Perahu Golkar di Pilkada Rejang Lebong untuk Siapa?

Refleksi Kepemimpinan Amangkurat I

Kategori :