Kesaktian Tongkat Pangeran Diponegoro, Dipercaya yang Memegang Berpeluang Menjadi Pemimpin Besar

Minggu 01-09-2024,21:37 WIB
Reporter : Novan Alqadri
Editor : ahmad afandi

Sesuai mitologi Jawa tongkat tersebut dikaitkan dengan kedatangan sang Ratu Adil atau Eru Cakra, Pangeran Diponegoro kemudian menganggap perjuangannya sebagai perang suci untuk mengembalikan tatanan moral ilahi demi terjaminnya kesejahteraan masyarakat jawa.

Perang juga dianggap sebagai pemulihan keseimbangan di masyarakat, panji pertempuran Diponegoro melawan Belanda juga menggunakan simbol Cakra dengan panah yang menyilang.

Artefak ini adalah satu dari jajaran pusaka yang selalu dibawa oleh Pangeran Diponegoro, berbeda dengan pusaka lain yang berbentuk keris, pusaka ini seperti tongkat komando perang milik Pangeran Diponegoro saat memimpin perang.

Konon Pangeran Diponegoro dikenal memiliki kesaktian dan kewalian yang luar biasa. Berikut adalah beberapa kesaktian yang dikaitkan dengan beliau:

BACA JUGA:Keistimewaan Tongkat Monyet dan Peci Hitam Bung Karno yang Bikin Penjajah Tertunduk

Pangeran Diponegoro dikenal sebagai sosok yang kebal terhadap peluru dalam pertempuran di Gawok pada 15 Oktober 1826 sang Pangeran dikabarkan pernah tertembak hingga dua kali, tapi ketika diperiksa tubuhnya tidak terlihat ada bekas luka tembak.

Beliau juga memiliki kekuatan fisik yang sangat kuat, dikisahkan bahwa Pangeran Diponegoro memiliki kekuatan fisik yang luar biasa salah satu ceritanya adalah ketika Pangeran Diponegoro bertengkar dengan teman kecilnya Patih Danurejo ke III.

Sang Pangeran dikabarkan mampu melemparkan kursi berat berbahan Jati ke Patih, konon pula kekuatan Pangeran Diponegoro membuatnya bisa terbang dan mempengaruhi cuaca agar berubah, sang Pangeran juga dikabarkan bisa menjatuhkan kutukan kepada siapapun yang tidak menepati janji atau yang berkhianat.

BACA JUGA:Kesaktian Tongkat Komando Pucang Kalak Bung Karno, Terbukti Lolos Tembak Jarak Dekat

Lalu bagaimana tongkat misterius ini bisa sampai ke negeri Belanda?

Pangeran Notoprojo yang membawa tongkat Kiai Cokro yang kemudian diberikannya kepada JC Baud Gubernur Jendral Belanda saat itu pada Juli 1834 saat melakukan inspeksi pertama di Jawa Tengah musim kemarau.

Pangeran Notoprojo adalah cucu dari komandan pasukan Diponegoro Nyi Ageng Serang, tongkat itu berada di tangan Pangeran Notoprojo setelah penangkapan Diponegoro pada fase akhir Perang Jawa.

Pangeran Notoprojo memberikan tongkat ini pada JC Baud karena berusaha mengambil hati para penguasa kolonial yang baru di Jawa.

Dengan mempersembahkan artefak ini Notoprojo menjadi sekutu politik yang penting bagi Belanda setelah menyerahkan diri pada 24 Juni 1827.

JC Baud membawa tongkat itu ke Belanda dan mewariskan pada keturunannya, sementara itu dalam kertas yang terselip di ujung tongkat dalam bahasa Belanda yang diduga ditulis sendiri oleh JC Baud:

BACA JUGA:Hanya Menggunakan Tongkat, Abu Nawas Bisa Mengungkap Kasus Pencurian

Kategori :