Yang membuat bisnis Dini menarik adalah cara penentuan tarif jasanya. Untuk jasa titip tanda tangan dosen, Dini tidak mematok tarif pasti.
Alih-alih, ia meminta bayaran seikhlasnya dari pelanggan, dengan mempertimbangkan kesulitan dan lama waktu yang dibutuhkan untuk menemui dosen.
"Sebenarnya tarifnya seikhlasnya, kadang ada yang kasih Rp 45.000 sampai Rp 50.000," ujar Dini.
BACA JUGA:Berencana Kirim Sepeda Motor Via J&T Cargo? Ini Rincian Biaya Terbarunya
Meskipun tarif ini seikhlasnya, nyatanya banyak pelanggan yang bersedia memberikan bayaran yang cukup lumayan.
Bahkan, untuk pesanan tertentu yang membutuhkan waktu dan usaha lebih, tarif yang diterima bisa lebih tinggi.
Namun, Dini mengaku lebih sering menerima pesanan dari fakultasnya sendiri, yaitu Fakultas Kedokteran, karena keterbatasan akses ke fakultas lain.
BACA JUGA:Modus Penipuan Berkedok Like dan Follow Akun Live, Warga Kota Bengkulu Rugi Rp 10,6 Juta
Selain jasa titip tanda tangan dosen, Dini juga menyediakan layanan anjem bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan antar jemput.
Berbeda dengan layanan aplikasi ojek online yang menghitung tarif berdasarkan jarak, Dini menentukan tarifnya berdasarkan tingkat kesulitan medan atau lokasi tujuan.
"Kalau di sekitaran Unnes saja, cuma Rp 5.000, tapi kalau ke Stasiun Tawang bisa Rp 25.000, dan ke Simpang Lima Rp 21.000," ungkap Dini.
Pengalaman Unik dalam Bisnis Anjem dan Jastip
Selama menjalankan bisnis ini, Dini banyak mengalami kejadian unik yang tak terlupakan. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Dini adalah ketika seorang pelanggan memintanya untuk mengunjungi pacar pelanggan tersebut di kosan.
Saat itu, pelanggan tersebut sedang bertengkar dengan pacarnya, dan si pacar mengancam akan bunuh diri.
"Waktu itu ada yang minta anjem, tapi disuruh ke kos pacarnya. Disuruh lihatin pacarnya, karena yang ceweknya itu ngancem bunuh diri saat mereka berantem,” cerita Dini.