BACA JUGA:PNS Ini Digerebek Suami, Selingkuh dengan Rekan Kerjanya, Berujung Dipecat
Pengalaman seperti ini membuat bisnis Dini semakin menarik, sekaligus menantang. Selain melayani permintaan yang unik, Dini juga merasa senang bisa membantu banyak orang dalam berbagai situasi.
Bisnis anjem dan jastip ini tidak hanya soal uang, tetapi juga soal membangun hubungan dan saling membantu.
BACA JUGA:Daftar 8 Pinjaman Online Paling Mudah di ACC September 2024, Solusi Tepat saat Darurat!
Omzet Jutaan Rupiah Setiap Bulan
Meski Dini menjalankan bisnis ini dengan santai dan tarif yang bervariasi, penghasilannya ternyata tidak bisa dianggap remeh.
Dalam sebulan, Dini bisa meraih pendapatan antara Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Bahkan, pada bulan-bulan tertentu ketika orderan ramai, seperti saat arus balik mahasiswa setelah libur, omzetnya bisa melonjak hingga Rp 6 juta.
"Paling ramai itu saat arus balik mahasiswa Unnes. Dalam sehari, saya bisa bolak-balik dari Unnes ke Stasiun Poncol sampai 10 kali. Sehari bisa dapet Rp 400 ribu, dan sebulan pernah dapet Rp 6 juta," jelas Dini.
BACA JUGA:Ini Faktor-faktor Penyebab Bank Perekonomian Rakyat Bangkrut, Apa Saja?
Pendapatan sebesar itu tentu sangat menguntungkan bagi seorang mahasiswa. Dengan penghasilan yang cukup besar, Dini bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan di sela-sela kesibukannya menyelesaikan skripsi sebagai mahasiswa semester akhir.
Strategi Pemasaran Melalui Media Sosial
Untuk menyebarkan informasi tentang jasanya, Dini tidak menggunakan aplikasi khusus seperti layanan ojek online.
Sebaliknya, ia memanfaatkan jejaring media sosial, terutama platform X (sebelumnya Twitter), untuk menawarkan jasanya. Berkat promosi dari mulut ke mulut dan jaringan sosial yang luas, bisnis Dini semakin berkembang pesat.
BACA JUGA:Viral! Pemuda Ini Nikahi 2 Wanita Sekaligus, Kok Bisa? Begini Kisah dan Sosoknya
Uniknya, Dini membuka layanan anjem dan jastip selama 24 jam penuh. Artinya, kapan pun ada pelanggan yang membutuhkan, Dini siap melayani. Namun, hal ini tentu memerlukan manajemen waktu yang baik, terutama karena Dini juga harus menyelesaikan skripsinya.
“Selama ada yang booking, pokoknya ready 24 jam. Rasanya jelas capek, tapi senengnya itu ketika anjem bisa sharing sama pelanggan, dapet temen baru, sama ngebantu mereka juga tentunya," tambah Dini.