Cerita Wiga Kurnia Putri, Guru Honorer yang Digaji Rp 200 Ribu Per Bulan dengan Kondisi Kelas yang Tak Layak

Senin 14-10-2024,09:36 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Widiyarti

Yang lebih mengharukan, Wiga tidak sepenuhnya menggunakan gaji Rp 200 ribu yang diterimanya untuk keperluan pribadinya.

Sebagian dari gaji tersebut ia sisihkan untuk membantu kebutuhan murid-muridnya yang berasal dari keluarga kurang mampu.

"Kadang saya tanya, mereka butuh apa? Buku, tas, sepatu, atau jajan. Saya tidak bilang semua gaji saya untuk mereka, tapi sebagian memang untuk kebutuhan mereka," tuturnya dengan tulus.

Wiga juga mengajarkan murid-muridnya untuk menabung setiap hari sebesar Rp 1.000. Uang tabungan ini akan digunakan untuk membantu mereka membayar biaya ijazah saat lulus nanti.

"Kenapa saya mewajibkan menabung Rp 1.000? Supaya mereka bisa mengambil ijazah setelah lulus, karena sekarang banyak ijazah yang tidak diambil karena orangtuanya tidak mampu membayar," ungkap Wiga.

BACA JUGA:Longsor di Bengkulu Selatan, Ada Tiga Titik, Ini Lokasinya

Meski gajinya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Wiga masih bisa bertahan karena suaminya juga bekerja sebagai guru honorer di salah satu SMA di Banyuwangi.

Mereka saling mendukung satu sama lain untuk tetap bertahan di tengah keterbatasan ekonomi.

"Saya selalu berdoa agar suami diberikan rezeki yang cukup dan bisa lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K)," kata Wiga.

BACA JUGA:Dapur Rumah Warga Seluma Utara Hanyut Tersapu Sungai yang Meluap

Pentingnya Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak

Selain keterbatasan fasilitas, Wiga juga menghadapi tantangan besar dalam membangun kesadaran orang tua mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Banyak orang tua di daerah tempat Wiga mengajar yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Hal ini terlihat dari minimnya peran mereka dalam mendukung proses belajar mengajar di rumah.

Wiga mengungkapkan, setelah pandemi Covid-19, ia sangat terkejut mengetahui banyak siswa SMP yang diajarinya tidak lancar membaca dan menulis.

"Di sekolah, kami berusaha memberikan fasilitas dan kesempatan bagi mereka untuk belajar. Tapi peran orang tua di rumah juga penting untuk mengulang materi yang diajarkan di sekolah. Sayangnya, di sini peran orang tua sangat minim," ujarnya.

BACA JUGA:Kata Gus Baha, Sedekah Model Begini Malah Jadi Riba dan Berdosa

Kategori :