NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Gelombang panas masih menghantam dunia, yang ditandai dengan cuaca bak 'neraka', terutama di wilayah Asia. Juga dirasakan beberapa provinsi di Indonesia.
Saat ini sejumlah negara telah menderita dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan korban tewas sudah berjatuhan akibat cuaca panas pada tahun ini.
Salah satu negara yang terparah terpapar gelombang panas adalah India. Negara dengan jumlah penduduk lebih dari 1,4 miliar tersebut menjadi 'langganan' dihantam cuaca 'neraka'.
BACA JUGA:Koin Kuno Rp 500 Ini Benarkah Dihargai Ratusan Juta? Cek di Sini Juga Ciri-cirinya
Sementara itu, dari laman Grist seperti dirilis dari CNBC, Rabu (26/4/2023), tahun lalu, gelombang panas ekstrem di India membunuh puluhan orang, memangkas hasil panen hingga sepertiga di beberapa daerah, dan membakar tempat pembuangan sampah di Delhi, menimbulkan asap beracun di lingkungan sekitarnya.
Suhu mencapai 46 derajat Celcius di negara bagian utara Uttar Pradesh dan memicu lebih dari 300 kebakaran hutan di seluruh negeri. Bahkan, ketika pembangkit listrik membakar lebih banyak batu bara untuk menyediakan tenaga yang dibutuhkan untuk membuat orang tetap sejuk yang akhirnya berujung pada krisis listrik.
BACA JUGA:Dijamin Senyum, Berikut 3 Aplikasi Penghasil Saldo DANA Jutaan Rupiah
Penelitian dari para peneliti Cambridge yang diterbitkan pekan lalu, cuaca ekstrem di India membuat 90% negara itu rentan terhadap risiko kesehatan masyarakat seperti sengatan panas, kekurangan makanan, dan bahkan kematian. Temperatur yang melonjak juga dapat memperlambat ekonomi negara dan menghambat tujuan pembangunannya.
“Gelombang panas menyebabkan beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kesehatan masyarakat, pertanian, dan sistem sosial-ekonomi dan budaya lainnya," tulis mereka. India saat ini menghadapi benturan berbagai bahaya iklim kumulatif.
BACA JUGA:Proses Pencairan 1 Hari, Masa Kerja 1 Tahun, Pinjam di Bank Ini Bisa Rp 1 Miliar Tanpa Jaminan
Menurut para peneliti, otoritas pemerintah telah meremehkan bahaya tersebut. Para pejabat mengandalkan penilaian kerentanan iklim, yang dirancang oleh Departemen Sains dan Teknologi India, yang menunjukkan persentase yang lebih kecil dari negara tersebut yang menghadapi risiko tinggi akibat perubahan iklim daripada yang ditunjukkan oleh temuan baru.
Kesalahan perhitungan seperti itu dapat menghambat upaya India untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, seperti mengurangi kelaparan dan kemiskinan serta mencapai kesetaraan gender.
Studi ini muncul di PLOS Climate hanya beberapa hari setelah setidaknya 13 orang meninggal karena sengatan panas dan beberapa lusin dirawat di rumah sakit setelah acara luar ruangan di negara bagian barat Maharashtra.
BACA JUGA:Gerhana Penumbra 5 Mei 2023, Bulan Terlihat Suram Bisa Disaksikan di Seluruh Indonesia
Gelombang panas minggu lalu di wilayah lain negara itu memaksa penutupan sekolah karena suhu siang hari mencapai 40 derajat Celcius beberapa hari berturut-turut.