Dr. Raja menjelaskan, ciri khas luka akibat gesekan biasanya akan mengalami perubahan warna dalam waktu tiga hari, yang mendukung kemungkinan bahwa luka korban bukan akibat kekerasan benda tumpul.
Temuan ini memperlemah tuduhan bahwa Supriyani telah memukul korban dengan sapu, dan membuka perspektif baru terkait asal usul luka tersebut.
BACA JUGA:Anggaran Bansos 2025, Menko Cak Imin Berharap Bisa Bertambah Rp100 Triliun
Fakta Kasus Guru Supriyani
1. Korban Sempat Menarik Pengakuannya
Pada awal kasus, Supriyani membantah keras tuduhan yang dilayangkan padanya. Siswa berinisial D awalnya mengaku kepada orang tuanya bahwa Supriyani telah memukulnya dengan sapu, namun belakangan ia menarik pernyataan itu.
Menurut Lilis, wali kelas D, korban sempat mengatakan melalui telepon bahwa luka pada pahanya disebabkan oleh insiden jatuh di sawah, bukan karena penganiayaan.
Pengakuan ini disampaikan oleh Lilis setelah menjalani pemeriksaan di Propam Polda Sulawesi Tenggara.
Lilis menyatakan bahwa dirinya berada di kelas bersama Supriyani sepanjang hari saat kejadian yang dituduhkan, sehingga merasa yakin bahwa tidak ada peristiwa kekerasan.
Lilis juga menjelaskan, pada hari kejadian, Supriyani mengajar di Kelas 1B sementara D adalah siswa Kelas 1A.
"Sampai anak-anak pulang jam 10, tidak ada kejadian itu. Ibu Supriyani juga mengajar di Kelas 1B," ungkap Lilis kepada wartawan.
Dua hari kemudian, Lilis menerima telepon dari orang tua D yang menyebut anaknya dipukuli oleh Supriyani.
Namun, saat diminta konfirmasi ulang, korban justru mengaku bahwa lukanya disebabkan karena jatuh di sawah.
BACA JUGA:Cara Mendaftar di DTKS Bansos, Cukup Gunakan HP dari Rumah, Ikuti Langkah-langkah di Sini
2. Supriyani Tegaskan Dirinya Tidak Bersalah
Supriyani sendiri merasa sangat terkejut saat dituduh memukul siswa. Menurutnya, korban bukan murid yang dia ajar karena ia ditugaskan di Kelas 1B, sedangkan korban berada di Kelas 1A.
"Demi Allah, saya tidak melakukan hal itu," ucap Supriyani saat diwawancarai. Ia menambahkan bahwa sepanjang hari saat kejadian, ia berada di kelas tanpa melihat kejadian apapun yang mencurigakan.