MD lahir di Brebes, Jawa Tengah, sementara MA berasal dari Jakarta. Sehari-hari, keduanya dikenal sebagai pedagang.
MD menjual kopi secara daring, sedangkan MA dan istrinya berjualan kosmetik di pasar. Namun, kehidupan sosial mereka dianggap tertutup.
"Mereka jarang berinteraksi dengan warga sekitar. Bahkan, kepala desa pun terkejut dengan penangkapan ini," kata Kapolres.
BACA JUGA:Apes, Diduga Curi Ternak, Pria Ini Diarak Warga Keliling Desa
Dugaan Keterlibatan dalam Jaringan Radikal
Menurut Kapolres, kedua terduga teroris ini merupakan bagian dari jaringan teroris Sumatera. Meski begitu, mereka tidak termasuk dalam sel aktif, melainkan sudah mempelajari doktrin-doktrin radikal yang menjadi ciri khas jaringan NII.
Bahkan, mereka diketahui melakukan latihan fisik dan beberapa kali bepergian ke luar wilayah OKU Timur untuk menjalankan kegiatan tertentu.
Polri dan Densus 88 terus memantau aktivitas serupa sebagai bagian dari upaya pemberantasan terorisme di Indonesia.
"Kami di Polres hanya mendukung penuh operasi ini. Dengan pengalaman saya di Densus 88, koordinasi dilakukan dengan baik untuk mendeteksi dini potensi ancaman," ujar Kapolres.
BACA JUGA:Cek Simulasi Kredit Mobil Suzuki New XL7 di Sini, Per Bulan Bayar Segini
Imbauan untuk Masyarakat
Kapolres juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, terutama jika menemukan tetangga atau orang asing yang jarang bersosialisasi atau menunjukkan perilaku mencurigakan.
"Jika ada yang mencurigakan, segera laporkan ke Polres OKU Timur agar dapat segera ditindaklanjuti," tegasnya.
Penangkapan ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman radikalisme. Densus 88 bersama pihak kepolisian lokal terus bekerja keras untuk menjaga keamanan dan kedamaian di tengah masyarakat.
Operasi serentak Densus 88 di beberapa wilayah Indonesia, termasuk OKU Timur, menunjukkan komitmen Polri dalam memberantas terorisme sejak dini.
BACA JUGA:Besaran Biaya Pajak Mobil Daihatsu Sigra untuk Semua Tipe dan Tahun, Ini Rinciannya
Penangkapan MD dan MA di Belitang menjadi langkah penting dalam upaya tersebut.
Meski sehari-hari menjalani profesi sebagai pedagang, keduanya terlibat dalam aktivitas radikal yang berpotensi mengancam stabilitas keamanan.