Serangan Jepang yang terjadi secara tepat dan bertubi-tubi membuat Gubernur Jenderal AWL Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyerah. Ia menyerahkan kekuasaan Indonesia ke tangan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
7. Lahirnya Pancasila (1945)
Menurut uraian dalam laman Museum Pendidikan Nasional, pada 29 April 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk. Dalam sidang pertamanya yang digelar pada 29 Mei-1 Juni 1945, sejumlah tokoh bangsa menyampaikan gagasan dasar negaranya.
Setelah diskusi, Panitia Sembilan yang ditugasi untuk merumuskan Pancasila berhasil menelurkan lima butir poin Pancasila pada 22 Juni 1945. Namun, perdebatan mengenai isinya masih terjadi.
Baru pada 18 Agustus 1945, Bung Hatta membacakan rumusan akhir Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara. Hari lahir Pancasila sendiri ditetapkan pada 1 Juni 1945, tepat ketika Bung Karno pertama kali mengemukakan usulannya.
8. Peristiwa Rengasdengklok (1945)
Dirangkum dari buku Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan oleh Dr Aman MPd, sebelum proklamasi terjadi, golongan tua dan muda Indonesia berbeda pendapat. Golongan tua ingin proklamasi dijalankan berdasar maklumat Jepang, yakni pada 24 Agustus 1945.
Di sisi lain, golongan muda ingin bertindak sendiri. Dari hasil rapat, mereka sepakat untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang. Karenanya, kedua tokoh tersebut diculik dan dibawa ke Rengasdengklok yang terletak di Jawa Barat.
BACA JUGA:Aneh, Ratusan Burung Pipit Mati Masal Mendadak di Sekitar Bandara Ngurah Rai
9. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945)
Akibat penculikan dari golongan muda, Soekarno dan Mohammad Hatta berubah pikiran dan menyetujui bahwasanya proklamasi harus segera digaungkan. Beberapa orang kemudian berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi.
Hadir di tempat itu, Sukarni, BM Diah, dan Mbah Diro dari golongan pemuda. Sementara itu, dari golongan tua, di antaranya ada Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Setelah naskah disepakati, Sayuti Melik diminta untuk mengetiknya.
Sebelum naskah dibacakan, terlebih dahulu digelar upacara yang dipimpin oleh Latief Hendraningrat tanpa adanya protokol. Lalu, Bung Karno memulai pidato disusul pembacaan teks proklamasi. Usai membaca teks proklamasi, Sang Saka Merah Putih dikibarkan oleh Latief dan Suhud perlahan-lahan.
10. Pertempuran Surabaya (1945)
Selepas proklamasi, Indonesia tidak langsung terbebas sepenuhnya dari belenggu penjajah. Bahkan, pada 25 Oktober 1945, Pasukan Sekutu pimpinan Brigjen AWS Mallaby justru mendarat di Tanjung Perak, Surabaya.
Hadirnya pasukan asing ini memicu kecurigaan tentara dan para pemuda. Setelah terbukti ditunggangi NICA, pada 27 Oktober 1945, pertempuran menyala tidak dapat dihindarkan lagi. Akibat perang tersebut, Brigjen Mallaby menjemput ajalnya.