20. Konjungsi Saturnus-Bulan Purnama Biru Super 30-31 Agustus
21. Puncak hujan meteor Orionid 21-22 Oktober
22. Konjungsi Jupiter-Bulan Purnama sepanjang malam 28 Oktober
23. Puncak hujan meteor Leonid 18 November
24. Puncak hujan meteor Geminid 14-15 Desember
BACA JUGA:Warning, 32 Provinsi Dilanda Kekeringan, Ini 4 Dampak El Nino Bagi Kehidupan
Hari Meluruskan Kiblat
Fenomena langit 2023 ini sebetulnya rutin terjadi. Alhasil, deret fenomena tersebut juga terjadi pada tahun ini.
Lebih lanjut, ORPA BRIN menyebut beberapa fenomena yang berkaitan dengan posisi Matahari disebut dengan penanda Matahari. Penanda Matahari sendiri terdiri dari tiga fenomena, yakni ekuinoks, solstis dan periapsis.
Ekuinoks merupakan fenomena ketika Matahari melintasi ekuator Bumi. Fenomena ini membuat panjang siang dan panjang malam saat ekuinoks tidak terlalu panjang ataupun pendek.
Fenomena ekuinoks sendiri terjadi dua kali selama satu tahun, yakni pada 21 Maret dan 23 September.
Kemudian solstis adalah fenomena ketika Matahari melintasi Garis Balik Utara atau Garis Balik Selatan. Kedua garis ini adalah garis khayal pada bola Bumi yang terletak pada lintang yang senilai dengan kemiringan sumbu Bumi yakni 23,44 LU dan 23,44 LS.
Fenomena ekuinoks dan solstis disebabkan oleh kondisi Bumi yang berotasi secara miring terhadap ekliptika sekaligus mengorbit Matahari, sehingga ujung sumbu rotasi Bumi selalu menghadap ke arah yang sama, yaitu Polaris atau bintang kutub setidaknya hingga dua milenium mendatang, karena mengalami pergeseran bintang kutub.
Fenomena ekuinoks dan solstis memberikan dampak adanya pergantian musim terutama bagi negara-negara subtropis dan berlintang tinggi. Secara astronomis, awal musim ditandai dengan ekuinoks dan solstis.