Kepala Staf TNI AD bersama Wakil Kasad Letjen TNI Agus Subiyanto beserta jajarannya dari Kostrad dan pejabat utama Mabes TNI AD sejak bulan lalu berkeliling ke markas-markas satuan untuk memeriksa kesiapan prajurit yang akan diberangkatkan ke Papua.
Satuan yang ditemui langsung oleh pejabat TNI AD itu, di antaranya Batalyon Infanteri Raider 300/Brajawijaya di Cianjur, Jawa Barat, kemudian Batalyon Infanteri Para Raider 433/Julu Siri di Maros, Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, Batalyon Infanteri 726/Tamalatea di Bone, Sulawesi Selatan, Batalyon Infanteri Para Raider 330/ Tri Darma di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat, dan Batalyon Infanteri Raider 310/Kidang Kencana.
Kasad Dudung dalam tiap kunjungannya mengecek kesiapan pasukan, menginstruksikan para prajurit agar terus waspada, dan tidak melanggar aturan. Kasad juga berpesan kepada mereka untuk menyempatkan diri berdoa demi kelancaran dan keberhasilan tugas.
Kepala Staf TNI AD saat meninjau latihan pratugas di Desa Cibokor, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat, Kamis, juga menyampaikan instruksi yang sama kepada prajurit Yonif Raider 300/Brajawijaya dan Yonif 310/Kidang Kencana, yang berpartisipasi dalam latihan.
Dia meminta prajurit waspada, tetapi tegas terhadap kelompok kriminal bersenjata (KKB) dan kelompok separatis teroris (KST). Dudung juga mengingatkan tugas prajurit di Papua adalah melindungi rakyat.
“Lindungi rakyat Papua, karena rakyat Papua betul-betul sangat mengidam-idamkan kedamaian sehingga bagi kelompok-kelompok yang mencoba mengganggu rakyat Papua, tindak tegas!” kata Dudung ke para prajurit.
Dia juga memerintahkan prajurit yang ditugaskan ke Papua untuk selalu hadir meringankan beban rakyat. “Bantulah masyarakat yang selama ini merasa terintimidasi, agar dapat hidup dengan tenang, aman, dan sejahtera. Niatkan dengan tulus dan ikhlas bahwa penugasan ini adalah untuk membantu kesulitan masyarakat Papua, serta menyejahterakan mereka,” kata Jenderal Dudung.
Pemberangkatan sejumlah pasukan ke Papua bertujuan untuk menggantikan prajurit yang telah bertugas selama 9 bulan atau lebih di Bumi Cendrawasih. Penugasan itu merupakan tindak lanjut dari perintah Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono terkait rotasi pasukan di Papua.
Sebelumnya di Istana Wakil Presiden, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan status siaga tempur bagi prajurit TNI di tanah Papua bukanlah pelaksanaan operasi militer.
“Siaga tempur, ditekankan lagi, kan selama ini kita sampaikan operasi teritorial, operasi komunikasi sosial, karena masyarakatnya di situ kerawanan-nya tidak tinggi, tapi khusus daerah-daerah tertentu yang kerawanan tinggi, ya kita tekankan lagi kepada mereka untuk siaga tempur," kata Yudo.
Penglima TNI mengumumkan siaga tempur pada 18 April 2023 di daerah-daerah di Papua yang dinilai rawan teror dan serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau kelompok separatis teroris.
“Itu kan penekanan, bukan operasi militer, jadi jangan dipelesetkan itu operasi militer, bukan belum operasi militer. Siaga tempur itu untuk menumbuhkan naluri militer pada para prajurit," kata dia dilansir dari Antara.
Ia mengatakan siaga tempur perlu untuk memperkuat naluri bertempur para prajurit apalagi jika mereka diserang oleh KKB.
“Itu kan bukan operasi militer, siaga tempur, siaga tempur itu kan untuk pasukan kita sendiri supaya siaga sewaktu-waktu diserang. TNI ini kan harus selalu siaga pasukan itu," tambah Yudo.
Dengan status siaga tempur, dia melanjutkan, bukan berarti prajurit TNI akan bertindak ofensif. “Bukan ofensif, kita tetap defensif, tapi mereka harus siap karena memang di daerah yang kerawanan-nya tinggi sehingga harus siaga tempur tadi," tutur Yudo.(tim)