Kariernya di dunia musik dimulai sekitar tahun 1995, saat ia membentuk band pertamanya bernama Chapter 69.
Setelah itu, Ricky juga sempat menjadi bagian dari band Buried Alive dan Stepforward, dua nama yang cukup berpengaruh di kancah musik underground Indonesia saat itu.
Namun, puncaknya terjadi di tahun 2002, ketika ia bersama Arian13 membentuk Seringai, band yang kini menjadi ikon musik metal Indonesia.
BACA JUGA:Dispendik Bengkulu Utara Anggarkan Rp 2,5 Miliar untuk Seragam Sekolah Gratis
Sebagai gitaris, Ricky dikenal dengan gaya permainan yang penuh karakter penuh tenaga, riff-riff tajam, dan presisi.
Tak heran kalau para fans menjulukinya sebagai “Chainsaw” atau “Riffmeister” karena kemampuannya menciptakan nada-nada yang menghantam dan berenergi tinggi.
BACA JUGA:Awal Mei, CJH Bengkulu Tengah Mulai Masuk Asrama Haji
Tak Hanya Musisi, Ricky Juga Berkiprah di Dunia Media
Menariknya, Ricky bukan hanya seorang musisi. Di balik tampilan sangar dan suara gitar yang bertenaga, ia juga aktif di dunia media.
Pada tahun 2002, ia pernah bekerja sebagai produser radio di MTV On Sky stasiun radio yang kini dikenal sebagai Trax FM.
Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 2005, Ricky bergabung dengan majalah Rolling Stone Indonesia sebagai editor.
BACA JUGA:Harga TBS Sawit Bengkulu Hari Ini, di Mukomuko Tembus Segini
Ia bertahan di sana hingga tahun 2017, menjabat sebagai Managing Editor sebelum majalah tersebut berhenti terbit. Perannya di balik layar industri musik dan media sangat signifikan.
Kemudian pada tahun 2023, Ricky menjabat sebagai CEO Whiteboard Journal, media online yang kerap membahas musik, budaya, dan isu sosial dengan pendekatan kreatif dan modern.
BACA JUGA:8 Ekor Ternak di Kaur Terjaring Operasi Satpol PP, Pemilik Wajib Bayar Tebusan Segini
Selamat Jalan, Sang Gitaris Legendaris
Kepergian Ricky Siahaan tentu meninggalkan duka yang dalam bagi keluarga, sahabat, rekan band, dan ribuan penggemar Seringai.