Siapakah Sosok Edward Coles yang Merupakan Kakek Moyang Jamintel Kejagung? Begini Kisahnya
Banyak yang ingin tahu, siapakah sosok Edward Coles atau Master Badar.--
Dari pernikahan Yachoep Stuart dengan Putri Kerajaan Selebar maka lahirlah Edward Coles yang juga dikenal Master Badar. Master Badar alias Master Edward Coles lahir di Bencoelen atau Bangkahulu pada tahun 1736, memeluk Islam.
Sekembalinya Edward Coles dari menempuh pendidikan di Eropa, barulah kariernya di mulai. Coles muda diangkat sebagai Factor Residensi di Fort Marlborough, Pada tanggal 7 November 1759.
Karir Coles terus melejit hingga diangkat sebagai Gubernur Bencoelen, Pada tanggal 14 Oktober 1781.
BACA JUGA:Tips Pinjaman Rp 300 Juta KSM Mandiri Bisa Langsung Disetujui
Sejak diangkat sebagai Gubernur, Edward Coles alias Master Badar semakin dekat dengan orang-orang pribumi Bencoelen.
Gubernur Edward Coles akan marah jika mengetahui ada pejabat menghina, apalagi menyiksa orang-orang pribumi.
Sebagai seorang yang memiliki darah bangsawan Selebar, ia merasa ikut terhina dan tersakiti.
Banyak catatan dan kisah pemberontakan rakyat terhadap Thomas Parr juga dimotori oleh Coles.
"Kisah Coles perlahan mulai terungkap menjadi inspirasi anak-anak dalam kisah heroik membela masyarakat lemah. Maka mengangkat kisah ini saya tawarkan dalam bentuk film," kata Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan.
Kajati Bengkulu, Victor Antonius Saragih Sidabutar, mengatakan pengungkapan sejarah Edward Coles dilakukan secara perlahan hingga ditemukan makamnya.
"Penelitian ini terus dilakukan bersama tokoh-tokoh yang ada di Bengkulu sehingga kami menemukan makamnya," jelas Kajati.
Bahkan, lebih jauh Kajati, mengharapkan dengan diangkatnya kisah Coles dalam buku dan layar lebar dapat mendorongnya menjadi pahlawan nasional.
Sementara itu, Jamintel Kejagung, Reda Manthovani, mengapresiasi langkah Kejati Bengkulu berhasil menyusun sinopsis Edward Coles dalam waktu singkat.
"Kami mengapresiasi riset tim Kejati dan akademisi dalam waktu singkat mampu menyusun sinopsis ini. Namun tetap diperlukan riset mendalam, FGD-FGD agar hasil lebih akurat secara ilmiah," jelas Reda.
Menurut dia, bila diperlukan riset ke beberapa negara terkait seperti Inggris, India juga dilakukan guna mendapatkan informasi yang orisinil.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


