Iklan dempo dalam berita

Kisah Siluman Buaya Putih dan Datuk Banjir, Asal Sebutan Lubang Buaya Saksi Tragedi G30S PKI

Kisah Siluman Buaya Putih dan Datuk Banjir, Asal Sebutan Lubang Buaya Saksi Tragedi G30S PKI

Kisah siluman buaya putih dan datuk banjir, asal mula nama lubang buaya--

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Jika membahas Gerakan 30 September (G30S) PKI, salah satu tempat yang pasti terekam yakni Lubang Buaya.

Pasalnya di kawasan itu 7 pahlawan revolusi dieksekusi. Yakni 6 perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD, Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Suprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Pandjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean.

Kenapa disebut Lubang Buaya? Berikut penjelasannya. Ada sebuah penelitian berjudul 'Menelisik Sejarah Penamaan Jalan Lubang Buaya dan Kaitannya dengan Peristiwa G30S' yang ditulis Aqiilah Afifadiyah Rahman yang dimuat dalam jurnal Local History & Heritage. 

BACA JUGA:Demi Cinta Arthur Datang ke Indonesia dan Menjadi Mualaf, Namun Sayang Semuanya Hancur Dalam Sekejap

Di sana disebutkan bahwa asal mula Lubang Buaya adalah nama sebuah jalan sekaligus kelurahan di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Di daerah yang bernama Lubang Buaya ini, dulunya ada kali yang penuh dengan buaya. Tak cuma buaya yang tampak mata, tapi juga buaya tak tampak mata, yakni siluman buaya putih.

Buaya-buaya ini dapat diatasi sosok ulama bernama Pangeran Syarif atau Datuk Banjir. Sejak saat itulah, daerah ini disebut dengan Lubang Buaya.

Warga di kawasan Lubang Buaya kemudian memanggil Pangeran Syarif dengan panggilan Datuk Banjir. Ini karena keyakinan mereka bahwa Datuk Banjir punya kemampuan yang tidak dimiliki orang lain.

BACA JUGA:BMKG Sebut Kemarau Panjang Sampai Awal 2024, 7 Daerah Ini Terancam Panas Kering

Datuk Banjir atau Pangeran Syarif Hidayatullah adalah satu tokoh yang dianggap masyarakat setempat sebagai pencetus nama Lubang Buaya, sekaligus sebagai pembuka daerah itu.

Berdasarkan cerita rakyat yang beredar, Datuk Banjir datang ke kawasan Lubang Buaya untuk berdakwah. Namun, suatu hari dia dimintai tolong oleh masyarakat setempat untuk meredam gangguan di mana terdapat siluman yang berwujud buaya.

Diketahui, buaya-buaya itu bersemayam di suatu lubuk di dalam sungai untuk mencelakai warga yang hendak menyeberang. Pada akhirnya, Datuk Banjir berhasil menunaikan tugasnya untuk menghilangkan gangguan tersebut.

BACA JUGA:'Badai El Nino' Hantam Menteri Pertanian SYL, Berurusan Dengan KPK

Adapun Datuk Banjir dimakamkan di kompleks makam keramat Lubang Buaya. Di kompleks makam ini, terdapat empat nisan berjajar yang berisi jasad orang sakti dan juru kuncen makam. Mereka berasal dari keluarga Datuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: