Iklan RBTV Dalam Berita

PROFIL ZULKARNAIN DALI (1); ANAK SARUNGAN JADI PROFESOR

PROFIL ZULKARNAIN DALI (1);  ANAK SARUNGAN JADI PROFESOR

Zulkarnain Dali --

“Orang tuanya berpendidikan agama semua. Ibunya, kalau Sabtu Minggu sering jual lemang. Kalo ayahnya adalah khatib, penceramah serta imam masjid. Kalo lagi musim sawah, orangtuanya banyak sawah, Udo Zul itu sering ke sawah,” tambah Mahyudin. 

Sampai kemudian sudah ingin masuk SMA, Mahyudin bercerita belum terlihat tanda-tanda bahwa Zulkarnain bakal jadi orang hebat. Sampai kemudian, Zulkarnain melanjutkan sekolah pesantren di Lampung.

Dari hasil bekerja mencetak bata di Jalan Manggis Panorama, Mahyudin dan Zulkarnain Dali mendapat uang jajan. Mereka mendapat upah dari pemilik pabrik bata Burhan Ahmad seharga Rp 5 per batu bata. “Kalu kami rato-rato, walaupun agak mampu, rato-rato waktu itu sudah bekerja. Banyak pabrik bata. Rato-rato ikut kerjo, minimal ngangkut bata. Ngumpul bata kering. Jadi waktu sekolah di MIN dan MTs, pagi-pagi kami ke bedeng bata. Siang sekolah,” ujar mantan senator RI Dapil Bengkulu ini. 

BACA JUGA:37 Pejabat Fungsional Dikukuhkan Pengujung Akhir Tahun, Ini Alasan Sekkab Seluma

Di masa muda, Zulkarnain Dali memang dikenal suka bercerita. Dia merintis berdirinya Persaudaraan Pemuda Panorama (PPP). Di situ tempat berkumpul pemuda-pemuda Lembak untuk belajar berorganisasi, belajar pidato dll. “Jadi sejak dulu, dia itu pengomong. Ngota kalu zaman sekarang. Dan kelebihan beliau, daya ingatnya tinggi,” kata Mahyudin Shobri.

Sampai kemudian Zulkarnain menemukan titik balik melanjutkan sekolah SMA/Aliyah ke Lampung. “Ceritanya setelah 3 bulan Udo Zul sekolah di SMA Pallawa, datang keluarga dari Lampung silaturahmi. Disepakati Udo Zul diajak ke Lampung. Dia masuk pesantren di Lampung, setingkat aliyah,” tambah Mahyudin yang mengaku tidak banyak berkomunikasi lagi sejak Zulkarnain pindah ke Lampung.

Kebiasaan Ceramah Tanpa Teks

Tiga tahun kemudian, Mahyudin melihat ada perubahan drastis saat Zulkarnain pulang dari Lampung. Didikan pesantren pada pria kelahiran 1962 itu jelas terlihat. Pemahaman ilmu-ilmu agama makin meningkat. Meski baru tamat sekolah setingkat SMA, Zulkarnain muda sudah diminta menjadi penceramah di masjid.

Ada satu kebiasaan Zulkarnain muda saat berceramah yang bikin kaum-kaum tua waktu itu terperangah. Dia berkutbah tanpa pakai teks. Kebiasaan waktu itu, kebanyaan ustad kutbah membaca teks. “Kami terkejut. Setelah pulang dari Lampung menjadi penceramah, pendakwah. Beliau jadi khatib, masih mudo. Separoh pakai teks. Pas kutbah kedua, tidak pakai teks,” ujarnya. 

Kebiasaan Zulkarnain berpidato tanpa membaca teks itu keterusan sampai saat ini. Saat memimpin apel, dia selalu menyampaikan sambutan atau pengarahan tanpa teks. Bahkan ketika menyampaikan orasi ilmiah pengukuhan guru besarnya 27 Desember 2022, Zulkarnain lebih banyak tanpa teks. Padahal teks orasi ilmiah sudah disiapkan. 

Dekat dengan Keluarga

Zulkarnain di mata Mahyudin juga dekat dan perhatian dengan keluarga. Salah seorang anak Mahyudin bernama Anugerah, sering diajak oleh Zulkarnain Dali ke kebun dan  acara-acara majelis. Kebetulan anak Mahyudin tersebut seumuran dengan putra Zulkarnain yang belum lama ini menikah, Siddiq.

“Ada anak saya Anugrah (seumur Sidik). Sering kali anak saya dijemput. Sudah semacam anak sendiri. Sidik sering dibawa ke acara-acara. Anak sayo sering dibawanyo jugo. Banyak yang nanyo, ngapo anak sayo sering di UIN. Kadang dijemput diajak ke kebun,” ujar Mahyudin.

Belum lama ini, Mahyudin mendapat kiriman setandan pisang dari Zulkarnain Dalli. Rupanya pisang itu tanaman dari Anugerah anaknya yang sering diajak ke kebun selama ini. 

“Ini yang lucu, baru beberapa hari lalu ada yang datang ke rumah. Orang itu bawa pisang setandan. Ini katonyo kiriman dari kak Zul. Ini pisang barangan. Pisang ini yang nanam Anugerah,” kata Mahyudin sambil tertawa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: