Iklan dempo dalam berita

9 Ciri Wali Allah, Nomor 2 Dermawan dan Tidak Sombong

9 Ciri Wali Allah, Nomor 2 Dermawan dan Tidak Sombong

9 Ciri wali Allah diantaranya dermawan dan tidak sombong--

Gemar bertafakur adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh para kekasih Allah. Bertafakur adalah merenungi atas kekuasaan dan keagungan Allah.

Dengan bertafakur, seseorang akan mendapatkan nilai manfaat yang jauh lebih besar. Selain itu, bertafakur juga dapat meningkatkan kualitas keimanan seseorang.

Salah satu ciri kekasih Allah adalah mencari pelajaran dari setiap kehendak dan ketetapan-Nya, termasuk peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

BACA JUGA:Ternyata Kesetiaan Seseorang Bisa Dinilai dari Letak Tahi Lalat, Intip Seberapa Setia Pasanganmu

Artinya, seorang wali Allah akan selalu memetik pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Mereka akan selalu menggali hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi, baik pada dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

Tidak Bisa Hanya Dinilai dari Jubah dan Jamaah

Wali adalah orang pilihan yang menjadi kekasih Allah SWT. Maka karena ia adalah kekasih Allah SWT, wali yang akalnya sehat akan sesuai dengan syariat.

Ciri wali Allah yang pertama adalah menegakkan syariat. Tidak ada wali Allah yang melanggar syariat ketentuan Agama. “Tidak ada waliyullah yang melanggar syariat, nggak ada wali mabuk," kata Buya Yahya.

Seseorang memang tidak bisa melihat apakah seseorang itu wali atau bukan. Buya Yahya menerangkan ciri wali lainnya, yakni mudah memaafkan urusan dirinya, namun tidak dengan urusan agama.

“Contohnya dia diambil uangnya tidak marah, memaafkan, dia tidak punya dendam pada siapapun," kata Buya.

Yang menjadikan dirinya wali adalah salamatus sudur, atau hatinya yang bersih. “Mungkin dia tukang sapu di Masjid, atau satpam di majlis ilmu, dia bisa waliyullah. Kenapa? setiap saat dia berzikir, hatinya bersih, tidak dzolim dengan sesama manusia," terangnya.

BACA JUGA:Selain Terlihat Manis, Ternyata Ini Arti Tahi Lalat di Area Bibir, Ambisius dan Beruntung Soal Keuangan

Berbeda halnya pada zaman dahulu, bahwa wali akan kelihatan atau nampak dari sifatnya yang terlihat. “Seperti Syeh Abdul Qadir Jailani, ilmunya ada, hatinya bersih, cukup disebut wali, tapi kalau akhir zaman, banyak bohong," tutur Buya.

Wali juga tidak dilihat dari baju dan jubah, apalagi jumlah jamaah. “Bukan dari baju dan jubahnya, bukan karena muridnya yang banyak, bukan karena jamaahnya banyak, bukan juga karena sering terlihat di TV," ujarnya.

Bisa jadi wali adalah ilmuwan yang setiap hari bekerja di laboratorium, namun selalu memikirkan penelitian untuk manfaat orang banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: