Iklan RBTV Dalam Berita

Menolak Kemajuan Zaman, 13 Suku di Indonesia Masih Tinggal di Hutan, Ada yang Tinggal di Atas Pohon

Menolak Kemajuan Zaman, 13 Suku di Indonesia Masih Tinggal di Hutan, Ada yang Tinggal di Atas Pohon

13 suku di Indonesia yang masih bertahan di dalam hutan--

Suku ini memilih untuk mengisolasikan diri dan menjaga Hutan Totodoku, karena orang-orang Togutil melihat pentingnya hutan bagi kehidupan mereka.

10. Suku Samin

Suku primitif tidak berarti menetap di pulau-pulau terjauh di Indonesia, karena masih terdapat suku yang berhasil menjaga tradisi walaupun tinggal di Pulau Jawa. 

Suku tersebut adalah suku Samin, yang menetap di daerah Blora dan Bojonegoro. Suku ini memilih untuk hidup di dalam hutan dengan sederhana dari cara berpakaian maupun cara hidup. 

BACA JUGA:Lagi Viral, Ini Rekomendasi 4 Jenis Kue Pastri Asal Prancis Cocok Menu Kumpul Keluarga

Masyarakat Samin adalah suku yang menolak adanya kolonialisme Belanda dan memilih untuk mengasingkan diri. Namun tampaknya tradisi untuk mengasingkan diri terbawa hingga sekarang dan menyebabkan tidak berkembangnya kehidupan Suku Samin. 

Kini suku tersebut dikenal sebagai kelompok yang tertutup, lugu, dan menjadi lelucon di masyarakat Bojonegoro.

11. Suku Laut

Sesuai dengan namanya, Suku Laut adalah suku yang tinggal secara nomaden di Kepulauan Riau. Dahulu, suku ini dikenal sebagai kelompok perompak yang memiliki peran penting dalam kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Malaka, dan Kesultanan Johor. 

Suku Laut berperan dalam menjaga stabilitas kawasan dagang di sana dengan mengusir bajak laut dan memandu para pedagang.

12. Suku Kajang

Suku ini tinggal di Pedalaman Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mayoritas suku ini masih menetap di Desa Tana Toa dan masih hidup dengan cara-cara yang tradisional. 

BACA JUGA:Beli Bantal Gak Bisa Sembarang, Coba 4 Panduan dan 4 Jenis Isi Bantal Ini Supaya Tidur Anda Berkualitas

Namun terlepas dari primitifnya suku ini, aturan-aturan hidup sudah berlaku untuk mengatur kehidupan Suku Kajang. Hanya saja suku ini begitu menolak peradaban, bahkan ketika ada warga yang ingin berkunjung pun tidak dapat menggunakan alas kakinya. 

Warna hitam menjadi kewajiban dalam berpakaian, karena suku ini percaya bahwa warna hitam menggambarkan kesederhanaan dan persamaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: