Fantastis, Koin Kuno Islam Ini Dilelang dengan Harga Rp 27 Miliar, Simak juga Asal Mula Kata Duit
Koin kuno Islam yang harganya mencapai puluhan miliar rupiah--
Koin emas Kerajaan Jambi
Pada abad ke-17, Kesultanan Jambi tela membuat mata uang sendiri dari koin. Uang Kerajaan Jambi yang pernah ditemukan pada sisi belakangnya bertuliskan Arab “Sanat 1256” dan pada sisi depan bertuliskan “Cholafat al Mukmin”.
BACA JUGA:Biar Tidak Penasaran, Ini 8 Poin Isi Dari SK PPPK yang Menjadi Acuan Pegawai
Mata uang Kerajaan Gowa-Tallo Melansir laman Kemdikbud, Kerajaan Gowa-Tallo mengedarkan mata uang dari emas yang disebut Dinara/Jinggara. Salah satunya dikeluarkan atas nama Sultan Hasanuddin yang memerintah antara tahun 1653-1669.
Di samping itu, beredar pula uang dari bahan campuran timah dan tembaga yang disebut kupa.
Mata uang Kesultanan Palembang Kesultanan Palembang mengedarkan dua jenis mata uang dari tembaga dan timah. Salah satu jenis memiliki lubang di tengah (piti teboh) dan satunya tanpa lubang (piti buntu).
Mata uang ini kebanyakan dibuat pada masa pemerintahan Sultan Najamuddin pada abad ke-18. Mata uang Kerajaan Cirebon Sultan dari Cirebon pernah mengedarkan mata uang yang pembuatannya dipercayakan kepada orang Tionghoa.
Uang Kerajaan Cirebon terbuat dari timah yang sangat tipis dengan lubang segi empat atau bundar di tengahnya. Mata uang yang disebut picis ini dibuat sekitar abad ke-17.
BACA JUGA:KUR BNI Rp 40 Juta Cair Cepat, Usia 21 Tahun Bisa Ajukan Pinjaman, Cek Cicilannya
Mata uang Kerajaan Sumenep
Salah satu bentuk peninggalan masa peradaban Islam berupa uang yang unik berasal dari Sumenep, Madura. Uang kerajaan Sumenep berasal dari uang asing yang kemudian diberi cap “Sumenep” dengan aksara Arab.
Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan-kerajaan Islam saat itu berperan aktif dalam kegiatan niaga di Nusantara, sehingga uang-uang kerajaan beredar seiring dengan mata uang asing, bahkan bisa dipertukarkan.
BACA JUGA:Begini Cara Mencegah Asam Urat yang Wajib Anda Terapkan Mulai dari Sekarang
Mata uang Kerajaan Banjar
Mata uang yang beredar di Kesultanan Banjar terbuat dari tembaga dan disebut doit. Apakah ini yang menjadi awal mula penggunaan kata ‘Duit’ seperti yang kita pakai sekarang? Kerajaan Banjar memanfaatkan uang VOC yang salah cetak, kemudian mengisi sisi yang lain dengan gambar perisai dan tulisan Arab berbunyi "Banjarmasin".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: