Siapa Pemilik Keris Nogo Sosro? Berikut Fakta Mengenai Keris Nogo Sosro Pusaka Legendaris dari Majapahit
Pemilik Keris Nogo Sosro--
NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Siapa pemilik Keris Nogo Sosro? berikut 5 fakta mengenai Keris Nogo Sosro pusaka legendaris dari Majapahit. Keris Nogo Sosro merupakan sebuah pusaka legendaris yang menghiasi sejarah kejayaan Majapahit.
BACA JUGA:Salah Satu Pusaka Legendaris pada Zaman Majapahit, Begini Sejarah dan Ciri Keris Nogo Sosro Asli
Pusaka ini terkenal dengan keistimewaannya, memiliki 13 luk dan dihiasi dengan emas dan berlian, menjadikannya tidak hanya sebagai artefak berharga secara material, tetapi juga memiliki nilai mistis yang tinggi.
Dipercayai sebagai pusaka paling sakti di Pulau Jawa, keris ini diyakini telah dibuat pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V (1466–1478), salah satu penguasa terkenal dari Kerajaan Majapahit.
BACA JUGA:7 Keris Sakti dari Tanah Jawa, Nomor 1 Haus Darah
Kehadirannya menjadi pusaka yang sangat dicari oleh berbagai kalangan masyarakat, mulai dari pendekar yang mencari kekuatan, pemimpin yang ingin memperkuat legitimasi kekuasaan, hingga penguasa yang ingin menjaga stabilitas dan keamanan kerajaan.
Proses pembuatan Keris Nogo Sosro dilakukan oleh seorang ahli seni ukir terkemuka pada zamannya, Pangeran Mpu Sedayu, yang juga dikenal dengan nama Mpu Supa Mendagri atau Mpu Pitrang.
BACA JUGA:Makan 7 Tumbal, Benarkah Keris Mpu Gandring Dikubur di Kawah Gunung Kelud? Ini Ulasannya
Keterampilan dan keahlian Mpu Sedayu dalam meramu logam dan ukiran menciptakan sebuah karya seni yang tak tertandingi, mengabadikan keris ini sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Untuk mengetahui lebih lanjut simak berikut fakta mengenai Keris Nogo Sosro.
Asal mula penciptaan Keris Nogososro bermula pada periode ketika Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah periode perang saudara yang merugikan.
BACA JUGA:Keris Mpu Gandring Dimana? Usai Makan 7 Tumbal Keturunan Pemiliknya, Seperti Hilang Tak Berbekas
Musim kemarau yang panjang menyebabkan kekeringan melanda sawah dan ladang, mengakibatkan hasil panen yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Ekonomi masyarakat tertekan oleh dominasi para saudagar besar yang memonopoli perdagangan, sementara para pejabat kerajaan terperangkap dalam persaingan untuk memperebutkan kekuasaan dan memperkaya diri sendiri.
BACA JUGA:Tidak Sembarangan Proses Membuat Keris, Salah Satunya Ada Ritual Puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: