Menengok Asal Usul Bengkulu, Punya Bunga Tunggal Terbesar di Dunia hingga Tradisi Opoi Malem Likua
Menengok Asal Usul Bengkulu--
Benteng ini terletak di Jalan Benteng, Kebun Keling, dan merupakan peninggalan Inggris yang menyimpan segudang sejarah, bahkan jadi benteng terkuat kedua Inggris di Wilayah Timur pada saat itu.
BACA JUGA:Mimpi Punya Klub Bola? Simak Ini Syarat Mendirikan Klub Sepakbola di Indonesia
Di depan pintu masuk Benteng Marlborough, para pengunjung akan merasakan nuansa berada pada masa kolonial. Bangunan yang kokoh hingga sekarang ini memiliki bentuk unik, yaitu berbentuk kura-kura apabila dilihat dari atas.
Benteng Marlborough berdiri di atas tanah seluas 44.000 meter persegi dan 8,5 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ketika berjalan ke arah tengah benteng, pengunjung dapat melihat sebuah taman yang tertata rapi dengan sisa-sisa meriam.
BACA JUGA:Modal Tidak Terlalu Besar dan Cepat Balik, Ini Perhitungan Kembali Modal Buka Gerai Indomaret
3. Nama Bengkulu Terpampang di Singapura
Ketika berada di bawah jajahan Inggris, nama Bengkulu adalah Bencoolen. Nama Bencoolen lalu diabadikan di Singapura dan digunakan sebagai nama jalan. Pemberian nama jalan di Singapura ini berawal dari berakhirnya masa penjajahan Inggris di Bengkulu.
Masa penjajahan tersebut berakhir lantaran adanya perjanjian antara Kerajaan Inggris dengan Kerajaan Belanda. Perjanjian yang dibuat berisi tentang pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan kekuasaan Belanda di Melaka dan Singapura.
BACA JUGA:Ada Ribuan Gerai Indomaret, Berapa Keuntungannya per Bulan? Ini Perhitungannya
Saat itu, Singapura menjadi bagian dari Kerajaan Melaka. Pemerintah Singapura kemudian memberi salah satu nama jalannya dengan Bencoolen Street. Begitu pula dengan salah satu desa yang ada di Bengkulu dan Sumatera Selatan ada yang diberi nama Singapura.
Nama jalan Bengkulu ini sengaja diberikan Raffles yang saat itu menjadi gubernur untuk mengenang kehadirannya di Bengkulu.
BACA JUGA:Jangan Dibuang! Ini 9 Manfaat Kulit Pisang untuk Kesehatan Tubuh
4. Tradisi Malam ke-27 Ramadan
Sebelum datangnya malam ke-27 bulan Ramadan, masyarakat Bengkulu biasanya menggelar Tradisi Opoi Malem Likua yaitu tradisi membakar batok kelapa yang disusun rapi seperti tusuk sate.
Lalu, batok kelapa yang telah disusun secara rapi setinggi 1,5 meter ditancapkan di depan rumah warga. Setelah malam tiba, warga akan serentak membakar batok kelapa tersebut.
Masyarakat sekitar percaya bahwa Tradisi Opoi Malem Likua dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan pemberian doa kepada arwah leluhur agar tentram.
Tradisi ini rutin dilakukan setiap malam ke-27 bulan Ramadan. Ketika membakar batok kelapa yang telah tersusun, asap akan menyelimuti wilayah kampung tersebut sehingga memberikan kesan eksotis dan magis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: