Iklan RBTV Dalam Berita

Cerita Asal Usul Suku Pekal Kabupaten Bengkulu Utara, Tradisi dan Budaya Dipengaruhi 2 Budaya

Cerita Asal Usul Suku Pekal Kabupaten Bengkulu Utara, Tradisi dan Budaya Dipengaruhi 2 Budaya

Asal usul suku Pekal--

Namun, keenam kakaknya tak tega membunuh adiknya. Malah mereka membawa adik bungsunya ke pinggir sungai besar dan membuatkan sebuah rakit dari bambu dengan dibekali beras dan ayam.

Maka berakitlah sang putri menelusuri sungai. Sungai ini berasal dari dua bukit yang satu itu bukit Tapus yang sungainya bermuara di muara Ketahun dan yang satunya lagi bermuara ke Jambi.

BACA JUGA:Slogan Bengkulu Selatan 'Emas' Dipuji Ustad Abdul Somad Depan Ribuan Orang

Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan berbulan-bulan hingga setahun putri Rindu Bulan menyelusuri sungai hingga rakitnya rusak di muara. Kemudian ayam yang dibawa berubah menjadi seekor elang, sedangkan beras yang dibawa tertumpah dan berubah menjadi senggugu.

Setelah rakitnya diperbaiki, putri Rindu Bulan kembali berakit hingga akhirnya sampai di pulau Pagai di daerah Padang. Kemudian ia diselamatkan oleh orang-orang di sana. Putri Rindu Bulan diberikan baju yang bagus.

Karena kecantikanya, sang putri Rindu Bulan mampu memikat anak raja dari kerajaan Pagai. Kemudian dipinanglah putri Rindu Bulan dan menikahlah mereka. Di daerah asal putri Rindu Bulan, ayahnya bertanya kepada keenam anaknya.

BACA JUGA:Ini Asal-usul 11 Pemain Keturunan Indonesia Era Shin Tae-Yong, Ada Siapa saja?

Apakah putri Rindu Bulan telah dibunuh. Tentunya keenam kakaknya menjawab tidak, karena mereka tidak tidak tega membunuh adik kandung mereka sendiri, mereka terlalu menyayanginya.
Putri Rindu Bulan kemudian mengatakan pada suaminya bahwa daerah asalnya dari daerah Rejang Lebong.

Kemudian putri Rindu Bulan dan suaminya mengutuskan untuk kembali ke Rejang Lebong.

Itulah awal cerita sungai Ketahun yaitu berasal dari sungai yang dilewati oleh putri Rindu Bulan selama setahun, maka sungai itu diberi nama sungai Ketahun dan juga daerahnya yang bernama Ketahun.

Ada juga riwayat lainnya mengenai asal istilah dari kata ketahun, dahulu orang belanda yang masuk kedaerah itu mengambil sumber alam yang ada di sana. Karena di sana banyak sekali harimau, maka orang belanda tersebut menyebut daerah itu Kat Town.

BACA JUGA:Ribuan Warga Bengkulu Selatan Sambut Ustad Kondang Abdul Somad di Balai Sekundang

Seiring waktu, ejaan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan setempat, dan daerah tersebut menjadi Ketahun.

Selanjutnya, bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, tetapi juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa, dan Bugis.

Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada suku Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan suku Minangkabau dan Rejang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: