Iklan RBTV Dalam Berita

Ada yang Belum Tahu? Ini Silsilah Raja Bengkulu, Raja Manguyang dan Kerajaan Sungai Lemau

Ada yang Belum Tahu? Ini Silsilah Raja Bengkulu, Raja Manguyang dan Kerajaan Sungai Lemau

Warga Bengkulu seharusnya tahu silsilah raja Bengkulu--

4. Anak Keempat dan Kelima

Sayangnya, informasi mengenai anak keempat dan kelima dari Raja Manguyang dan Puti Reno Bulan tidak banyak disebutkan dalam sumber-sumber sejarah yang ada.

Perang dan Perdamaian dengan Kerajaan Aceh

Dikisahkan bahwa pada masa itu, terjadi peperangan antara Kerajaan Aceh dan Kerajaan Sungai Serut di Bengkulu.

BACA JUGA:Nilai Bantuan Rp450 Ribu-Rp1,8 Juta, Cek Pencairan BLT PIP Mei 2024 untuk Siswa SD, SMP, dan SMA

Penyebab peperangan ini menurut beberapa kisah adalah masalah hasil bumi dan penolakan lamaran anak raja. Serangan laut dari Kerajaan Aceh memporak-porandakan wilayah Kerajaan Sungai Serut. 

Raja Manguyang dibawa oleh Muhammad Delik (Muhammad Deli Khan) ke Aceh untuk menghadap Sultan Iskandar Muda dan membahas perdamaian antara Aceh dan Bengkulu.

Setelah perundingan yang dipimpin oleh Raja Megat, sepupu Raja Manguyang, di Gunung Bungkuk, disepakati bahwa Raja Manguyang akan menikah dengan Putri Reno Buih bergelar Putri Gading Cempaka, adik Anak Dalam, Raja Sungai Serut.

Sementara itu, Gocah Pahlawan Laksamana Bintan bertanggung jawab atas urusan dengan Kerajaan Aceh.

BACA JUGA:Pencairan BLT PIP Mei 2024 untuk Siswa SD, SMP, dan SMA, Cek Sekarang

Setelah bersepakat bersama, Raja Manguyang menikahi Putri Gading Cempaka di Bangkahulu dan kemudian bergelar Maharaja Sakti.

Mereka mendirikan Kerajaan Sungai Lemau (Limau) sekitar akhir abad ke-15, yang menjadi simbol perdamaian antara Kerajaan Aceh dan Kerajaan Sungai Serut Bengkulu.

Kerajaan Sungai Lemau

Kerajaan Sungai Lemau ini menjadi pusat kekuasaan baru yang kuat. Dari pernikahan Raja Manguyang dan Putri Gading Cempaka, lahirlah Riya Bakau, yang nantinya akan menggantikan posisi ayahnya sebagai Raja Kerajaan Sungai Lemau.

Namun, kerajaan ini akhirnya runtuh dan dibubarkan oleh Belanda pada tahun 1850, karena raja terakhir, Muhammadsyah II, tidak memiliki keturunan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: