Iklan RBTV Dalam Berita

Angka Kelahiran di Indonesia Menurun Drastis, BKKBN Ungkap Penyebabnya

Angka Kelahiran di Indonesia Menurun Drastis, BKKBN Ungkap Penyebabnya

Penyebab Angka Kelahiran di Indonesia Menurun--

Sayangnya, beberapa negara justru mengalami permasalahan dalam urusan populasi. Salah satunya adalah Jepang yang berpotensi mengelami penurunan angka kelahiran sebab beragam hal.

BACA JUGA:Daftar Promo KFC Bulan Juli 2024, Mulai dari Promo Paket Besar hingga Free Winger Bucket

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh G. Nargund (2009), ia mengemukakan bahwa setiap negara mengalami permasalahan yang berbeda.

Khusus untuk negara dengan penurunan angka kelahiran biasanya disebabkan karena akses kontrasepsi sudah cukup meluas, sehingga pasangan dapat menentukan apakah ingin memiliki anak atau justru malah tidak.

Hal seperti ini jika tak dicari solusinya, maka akan membuat angka kelahiran semakin merosot yang berpotensi pada punahnya suatu negara di masa depan.

BACA JUGA:Terbaru, Ini Syarat Menjadi Kades, Pahami Syarat Usia dan Pendidikan Minimal

2. Berkurangnya tenaga produktif

Salah satu tujuan penting yang dimiliki oleh suatu negara adalah keinginan agar terhindar dari kemiskinan dan pengangguran. Tentu hal ini akan didukung dengan tenaga produktif yang telah dirancang untuk siap bekerja.

Sayangnya, pada negara-negara dengan tingkat kelahiran rendah, tak jarang justru hal ini memberikan masalah tersendiri.

Dilansir Saviom, penurunan produktivitas akan berdampak pada kemiskinan dan kesejahteraan yang juga turut menurun. Tak heran apabila penurunan populasi jelas akan memiliki efek domino pada produktivitas yang juga dimiliki suatu negara. Hal tersebut juga bisa memberikan risiko yang kurang baik nantinya.                                 

BACA JUGA:Lebih Irit, Ini Perbandingan Jarak Tempuh Bengkulu-Palembang Lewat Tol dan Jalan Biasa

3. Populasi lansia akan lebih mendominasi

Kehidupan manusia telah memiliki jalurnya tersendiri, yaitu dimulai sejak bayi, kemudian tumbuh remaja, dewasa, hingga beranjak menjadi lansia. Hal ini semestinya terus berputar sebab regenerasi yang akan terjadi pada suatu negara.

Namun, kenyataannya justru tak selalu demikian, khususnya bagi negara-negara yang memiliki tingkat kelahiran rendah.

Mengutip Forbes, pasti akan sulit membayangkan jika suatu wilayah diisi oleh para lansia berusia 70 tahun ke atas yang justru akan menuebabkan surplus terhadap generasi mudanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: