Ini Penyebab Pabrik Kompor Quantum Bangkrut, Pesangon Aman?
Pabrik Kompor Quantum Bangkrut--
"Dulu sampai 700-800, lalu turun ke 500-600 orang. Ekonomi lagi nggak bagus, daya beli juga turun, penjualan kita juga drop, cost biaya kita tinggi, bahan baku naik, akibat bahan baku naik, kita juga produksi nggak bisa tercapai dengan target," kata Iwan.
Pemangkasan karyawan adalah salah satu langkah yang diambil perusahaan untuk mengurangi beban biaya.
Namun, meski jumlah karyawan yang tersisa berkurang, dampaknya tetap besar.
BACA JUGA:Beberapa Contoh Kalimat Sanggahan CPNS 2024 bagi Pelamar Tak Lolos Seleksi Administrasi
Selain itu, pembayaran hak-hak karyawan seperti upah dan pesangon juga tertunda, mengakibatkan ketidakpastian bagi 511 orang pekerja yang kini menunggu kejelasan nasib mereka.
Utang yang Membengkak
Salah satu alasan utama di balik kebangkrutan PT Aditec Cakrawiyasa adalah utang yang membengkak.
Menurut Sekretaris Perwakilan Unit Kerja (PUK) Aditec Cakrawiyasa Serikat Pekerja Elektronik Elektrik (SPEE) FSPMI, Supriyono, total kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan mencapai Rp 660 miliar, sementara aset perusahaan hanya sekitar Rp 100 miliar.
“Belum tentu dibayar haknya 100%, jumlah tagihan yang masuk kabarnya Rp 660 miliar, tapi asetnya Rp 100 miliar. Kekhawatiran kami asetnya jauh dari kewajiban sehingga harapan mendapat haknya semakin kecil,” ungkapnya.
Kondisi ini memperparah ketidakmampuan perusahaan untuk membayar utang, baik kepada pemasok maupun karyawan. Akibatnya, perusahaan terpaksa harus melewati proses pailit dan lelang aset untuk mencoba menyelesaikan sebagian dari kewajibannya.
BACA JUGA:Bocah 12 Tahun di Bengkulu Utara Jadi Korban Nafsu Ayah Kandung Selama 2 Tahun, Ini Respon DPPPA
Persaingan dan Penurunan Penjualan
Kompor Quantum, yang merupakan produk unggulan PT Aditec Cakrawiyasa, kini menghadapi persaingan ketat dari produk lain, baik yang lokal maupun impor.
Sementara itu, pedagang di pasar Ciputat melaporkan bahwa kompor Quantum kini kalah populer dibandingkan dengan merek lain seperti Rinnai atau Miyako.
“Quantum jarang ditanya sih, biasanya orang lebih nanya merk lain kaya Rinnai atau Miyako. Paling ada sesekali aja, makanya kita cuma stok kompor yang 1 tungku aja,” kata salah satu pedagang.
Selain itu, kompor gas impor dari China yang lebih murah juga turut menambah tekanan pada produk lokal. Sebagai contoh, kompor 2 tungku dari China yang dijual seharga Rp 190 ribu memiliki harga yang sangat kompetitif dibandingkan dengan kompor lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: