Iklan RBTV Dalam Berita

32 Gambaran Ramalan Masa Depan di Upacara Adat Kain Kafan Cupu Kyai Panjala 2024

32 Gambaran Ramalan Masa Depan di Upacara Adat Kain Kafan Cupu Kyai Panjala 2024

Upacara adat Kain Kafan Cupu Kyai Panjalan alias Eyang Seyek--

Sementara itu, untuk informasi tambahan, dilansir dari laman kumparan.com, berikut fakta upacara adat Cupu Kyai Panjala yang seru untuk dipelajari.

1. Silsilah Kyai Panjala

Kyai Panjala atau yang memiliki nama asli Eyang Seyek adalah orang yang menemukan dan memiliki Cupu Kyai Panjala. 
Menurut cerita yang berkembang, Eyang Seyek tidak memiliki keturunan tapi memiliki 10 saudara kandung, lelaki dan wanita. 

2. Proses pembacaan gambaran Cupu Panjala

Upacara Cupu Kyai Panjala awalnya hanya digunakan untuk meramalkan keadaan pertanian. Namun seiring berjalannya waktu, ramalan yang ada pada upacara tersebut mulai dikaitkan pada kondisi bangsa, termasuk soal politik, yang diperkirakan terjadi satu tahun ke depan.

BACA JUGA:Mengulik Adat Istiadat, Apasih Sebenarnya Filosofi Ketupat saat Hari Raya Lebaran?

Disebut dengan upacara pembukaan Cupu Panjala karena adanya tiga buah cupu atau guci yang dibungkus dengan kain kambar yang jumlahnya berlembar-lembar, yang datangnya dari para peziarah yang memiliki harapan atau tujuan tertentu, dengan waktu pembukaannya hanya setiap satu tahun sekali. 

Upacara ini juga menggunakan sarana berupa sesajen yang melambangkan persembahan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Trah Panjala lah yang akan membuka satu demi satu kainnya, diperhatikan kondisi kain, tanda-tanda dari bercak, atau ada dan tidaknya benda asing yang ada dalam lembaran kain. 

Kemunculan bercak dan benda misterius tersebut yang dipercaya sebagai ramalan atau tanda yang ingin Sang Maha Pencipta sampaikan.
Nantinya, tanda-tanda tadi harus dibacakan dan disampaikan oleh juru kunci kepada masyarakat luas. 

BACA JUGA:Sakral dan Penuh Makna, Ini 17 Prosesi Pernikahan Adat Jawa                         

3. Nama-nama cupu dan maknanya

Cupu atau guci Kyai Panjala yang sebelumnya dibungkus dengan kain kafan dibuka satu per satu. Nantinya setiap lapisan kain kafan yang muncul bercak membentuk sebuah pola atau gambar yang diyakini merupakan ramalan dari peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Masing-masing cupu yang digunakan memiliki nama dan makna ramalan yang berbeda. Yaitu Semar Tinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri yang masing-masing memiliki arti. 

Semar Tinandu yaitu penglihatan keadaan penguasa dan pejabat tinggi. Palang Kinantang yaitu gambaran masyarakat menengah ke bawah. Dan Kenthiwiri yang merupakan gambaran rakyat kecil.

Bukan hanya warga Gunungkidul saja yang datang untuk menyaksikan prosesi upacara tersebut, tapi juga dari luar kota yang rela menunggu selama berjam-jam. Mereka menganggap bahwa upacara tersebut juga untuk keberkahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: