Iklan RBTV Dalam Berita

Nasib 6 Tentara Israel Berakhir Tragis Akibat Stres dan Trauma Perang di Gaza

Nasib 6 Tentara Israel Berakhir Tragis Akibat Stres dan Trauma Perang di Gaza

Banyak pasukan Israel dilaporkan stress menghadapi perang--

Adapun, pada bulan Maret 2024, Lucian Tatsa-Laur, kepala departemen kesehatan mental militer Israel, mengatakan kepada Haaretz bahwa sekitar 1.700 tentara telah menerima perawatan psikologis.

Sejak itu, banyak laporan telah muncul yang menunjukkan bahwa ribuan tentara menderita masalah kesehatan mental karena penempatan yang diperpanjang di Gaza dan Lebanon selatan.

Sementara itu, seperti diketahui jika hingga saat ini perang di jazirah Arab yang melibatkan Israel dengan Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon masih terjadi. 

BACA JUGA:Daftar Harga Kamera Mirrorless Murah 2024, Pilihan Terbaik untuk Fotografer dan Videografer

Lalu apa saja updatenya? Dilansir dari laman CNBC Indonesia berikut fakta terbarunya.

1. Damai Gaza Pupus karena AS

Diberitakan, Amerika Serikat (AS) kembali memveto desakan Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menyerukan gencatan senjata di Gaza. Washington menilai ini akan membuat Hamas semakin berani.

Perlu diketahui resolusi terbaru menuntut gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen dalam perang antara Israel dan kelompok Palestina. Ini juga termasuk pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera Israel di Hamas.

Resolusi yang diveto pada hari Rabu juga menyerukan masuknya bantuan kemanusiaan dalam skala besar secara aman dan tanpa hambatan. Termasuk di Gaza utara yang terkepung dan mengecam segala upaya untuk membuat warga Palestina kelaparan.

Duta besar Israel untuk PBB Danny Danon berterima kasih ke AS soal ini seraya mengatakan resolusi tersebut bukanlah jalan menuju perdamaian. Melainkan peta jalan menuju lebih banyak teror, lebih banyak penderitaan, dan lebih banyak pertumpahan darah.

BACA JUGA:Viral Tukang Bakso Diusir Karena Beda Pilihan di Pilkada, Ini Faktanya

"Banyak dari Anda yang mencoba meloloskan ketidakadilan ini. Kami berterima kasih kepada Amerika Serikat karena telah menggunakan hak vetonya," kata Danon.

Meski demikian sejumlah pihak menyayangkan langkah AS tersebut. Ini memupus harapan sejumlah pengamat, yang memprediksi pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan melunak di akhir jabatannya, sebelum berganti ke kepemimpinan Donald Trump, Januari.

"Kami menyesalkan veto yang diberikan. Terlebih lagi karena perang ini, dengan dampak kemanusiaan dan efek limpahannya, merupakan ancaman serius bagi perdamaian dan keamanan internasional," kata Wakil Duta Besar Slovenia untuk PBB Ondina Blokar Drobic.

"Tidak ada pembenaran apa pun untuk memveto resolusi yang mencoba menghentikan kekejaman," kata Duta Besar Palestina untuk PBB Majed Bamya.

"Sekali lagi, AS menggunakan hak vetonya untuk memastikan impunitas bagi Israel karena pasukannya terus melakukan kejahatan terhadap warga Palestina di Gaza," kata Human Rights Watch.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: