Iklan RBTV

Serba-serbi Malam Satu Suro, Ini Pandangan Buya Yahya dan Ulama Lainnya Tentang Keistimewaan Bulan Muharram

Serba-serbi Malam Satu Suro, Ini Pandangan Buya Yahya dan Ulama Lainnya Tentang Keistimewaan Bulan Muharram

Keistimewaan Bulan Muharram--

Tradisi seperti tirakatan, ziarah, dan doa bersama dapat menjadi sarana refleksi spiritual jika dikaitkan dengan nilai-nilai Islam yang benar. 

Namun, jika sudah menjurus pada keyakinan akan kesialan, maka harus diluruskan.

Sebagaimana ditegaskan oleh Buya Yahya dan Ustad Muhammad Abduh, Islam tidak mengajarkan adanya waktu sial. 

Justru, di bulan yang dimuliakan Allah ini, umat Islam semestinya mengisinya dengan amal kebaikan dan memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta. 

Keyakinan trhadap hal-hal yang tidak berdasar seperti larangan menikah, bepergian, atau membuat acara besar di bulan Suro adlah bentuk kebodohan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

BACA JUGA:5 Pantangan Weton Tulang Wangi Pada Malam 1 Suro, Apa Saja?

Umat Islam Harus Bijak dalam Menyikapi Tradisi

Tradisi dan budaya lokal memang bagian dari kekayaan msyarakat. Namun, jika suatu tradisi sudah bertentangan dengan syariat, maka wajib untuk diluruskan. 

Menyebut bulan Suro sebagai bulan kesialan adalah bentuk suudzon kepada Allah yang seharusnya dihindari oleh setiap muslim.

Sebaliknya, bulan Muharram adalah kesempatan besar untuk meraih pahala dan keutamaan. Dengan memperbanyak puasa, doa, dan amal ibadah lainnya, kita bisa meraih rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. 

BACA JUGA:Apa Saja 4 Ritual dan Tradisi Malam 1 Suro yang Dilakukan Masyarakat Jawa

Jadi, mari isi Bulan Suro ini dengan semangat beribadah, bukan dengan ketakutan yang tidak berdasar. Wallahu a’lam bishawab.ab.

(Sheila Silvina)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: