10 Falsafah Sunan Kalijaga yang Sarat Makna, Diantaranya Jangan Merasa Paling Pandai

Sabtu 10-06-2023,13:20 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

10. Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpa bondho. Berjuanglah tanpa perlu membawa massa, menanglah tanpa mempermalukan, berwibawalah tanpa mengandalkan kekuatan, kayalah tanpa didasari kebendaan.

 

Sejarah hidup Sunan Kalijaga tidak semulus yang dibayangkan. Sebelum menjadi pendakwah, ia adalah bromocorah alias penjahat. 

 

Riwayat kehidupan Sunan Kalijaga melintas-batas era kerajaan di Jawa yang silih-berganti. Ia menyaksikan perubahan sejak masa akhir Kerajaan Majapahit, lalu Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang, hingga awal Kesultanan Mataram Islam. 

 

Dilahirkan dengan nama Raden Said pada sekitar 1450 Masehi, Sunan Kalijaga merupakan putra Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Di masa mudanya, Raden Said dikenal dengan remaja nakal. 

 

Akibatnya, Raden Said diusir dari rumah oleh orang tuanya. Kenakalan Raden Said justru menjadi-jadi. Ia menjadi bromocorah alias penjahat. 

 

BACA JUGA:Perbandingan Jenis Atap Rumah Berdasarkan Bahan Baku

Dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam (2020) yang ditulis Suhailid, ketika Raden Said merampok dan merampas harta orang-orang, ia dikenal dengan julukan Lokajaya, yang artinya adalah penguasa wilayah. 

 

Suatu waktu, Raden Said kena batunya, orang yang akan dirampoknya adalah Sunan Bonang. Karena pengaruh Sunan Bonang itulah, Raden Said akhirnya sadar dan bertobat, serta tidak lagi merampas harta dan melakukan perbuatan tercela. 

 

Sunan Bonang kemudian menjadi guru spiritual Raden Said. Selain belajar Islam kepada Sunan Bonang, Raden Said juga menekuni kesusasteraan Jawa dan belajar mendalang. 

Kategori :