Kelima, Saung Lisung yang sering digunakan sebagai tempat untuk menumbuk padi oleh penduduk sekitar.
"Kelima bangunan itu simbol kerukunan antar umat beragama, berbangsa dan bernegara," ujar dia.
Selain lima bangunan tadi, ada pula Pangalihan, tempat untuk menyimpan pagar. Maksudnya, pada bulan muharam, pagar yang mengelilingi bumi padaleman harus diganti sebelum diganti pagar itu terlebih dahulu harus disimpan di bumi pangalihan terlebih dahulu.
Makam Senopati Arif Muhammad, Leles
Salah satu makam tua yang selalu diziarahi warga adalah makam Panembahan Senopati Arief Muhammad, di komplek Candi Cangkuang, Leles, Garut. Jawa Barat. Sang wali merupakan panglima perang Kerajaan Mataram, yang diutus kerajaan menyebarkan agama islam di sana.
Selain ketokohannya, makam yang satu ini terbilang unik karena berdampingan dengan Candi Cangkuang, salah satu candi Hindu tertua di pulau Jawa, yang diperkirakan dibangun abad VIII dan baru ditemukan tim cagar Budaya Jawa Barat tahun 1966 di Garut.
Umar, salah satu penjaga pintu situs Candi Cangkuang mengatakan, ajaran Arief Muhammad selaku muslim yang taat memberi banyak pelajaran yang mendasar untuk mewujudkan hidup rukun terhadap semua perbedaan.
BACA JUGA:Bus Atlet Karate Kecelakaan, Puluhan Penumpang Cedera
"Beliau mengajarkan Islam, tapi tidak menyinggung kebiasaan masyarakat Cangkuang yang masih Hindu saat itu," kata dia.
Salah satu wujud toleransi, Arief hanya menyebarkan agama Islam pada hari-hari tertentu, ketika warga sekitar tidak sedang menyembah Dewa Siwa yang berada di dalam Candi Cangkuang.
"Di sini ada pantangan tidak boleh beraktivitas (menyebarkan agama) pada Selasa malam hingga Rabu malam. Sebab dahulu, masyarakat sekitar pada saat itu hari terbaik untuk menyembah Dewa Siwa adalah hari Selasa atau malam Rabu," tutur dia.
Makam Arief Muhammad kini masih sering diziarahi ribuan umat Muslim dan Hindu setiap tahun di kawasan Candi Cangkuang.
Di dalam kawasan cagar budaya seluas tiga hektare itu, para pengunjung juga bisa menemukan banyak naskah kuno ajaran Islam, seperti Alquran dan kitab kuning yang tertulis rapi di atas kertas berbahan kayu tertata rapi. Ada pula satu lukisan besar yang menggambarkan sosok Panembahan Arief Muhammad hingga serpihan batu purbakala bekas galian pertama Candi Cangkuang.