Baik orang Islam, Yahudi, dan Nasrani sama-sama meyakini kisah tentang Nabi Nuh. Dalam Alkitab dikatakan, “Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya dan 30 hasta tingginya.” Apa yang disebutkan dalam Alkitab, dimensinya sama persis dengan versi Qatadah bin an-Numan.
Dari Siti Aisyah, Rasulullah mengatakan Nuh menetap bersama umatnya selama 950 tahun, menyeru mereka kepada Allah. Kemudian pada akhir waktunya, dia menanam pohon yang tumbuh dan menyebar ke segala arah.
Dia kemudian menebangnya dan mulai membangun sebuah bahtera (perahu/kapal). Orang-orang yang lewat bertanya kepadanya (apa yang dia lakukan). Dia menjawab, ‘Aku sedang membangun sebuah bahtera dari (pohon).
Mereka mengolok-oloknya dan berkata, “Engkau membangun bahtera di tanah kering!? Bagaimana ia akan melaju (di atas air)?’ Dia menjawab, ‘Kalian akan lihat.’.” Ejekan dari orang-orang berlanjut, "Wahai Nuh! Apakah menjadi tukang kayu lebih menarik bagimu dibanding kenabian? Mengapa engkau membangun bahtera sejauh ini dari laut? Apakah engkau akan menyeretnya ke air atau angin akan membawanya untukmu?" Nuh menjawab, "Kalian akan mengetahui siapa sebenarnya yang dipermalukan dan menderita nanti.”
BACA JUGA:Cuma 8 Menit Pinjaman Online Rp3 Juta Cair ke Rekening, Cuma di Sini dan Resmi OJK
Ibnu Ishaq mengatakan, berdasarkan petunjuk Allah SWT, Nuh mulai menebang kayu dan menempa besi dan menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan bahtera, seperti paku dan material lainnya yang hanya diketahui olehnya.
Ketika proses pembuatan ini, Allah kemudian membuat mandul seluruh wanita, sehingga tidak ada anak yang dilahirkan dari umat Nabi Nuh. Adapun Ibnu Abbas mengatakan bahwa pembuatan perahu tersebut dilakukan di atas Gunung Nudh.
Perihal di mana Gunung Nudh itu berada, sejarawan Islam, Al-Masudi dalam karyanya Muruj adh-dhahab, mengatakan Gunung Nudh berada di Sri Lanka pada hari ini, tempat di mana dalam banyak riwayat dikisahkan bahwa Nabi Adam pertama kalinya diturunkan ke Bumi dari Surga.