Allah memerintahkannya untuk menanam pohon, dan dia melakukannya. Pohon itu tumbuh dan menyebar ke segala arah. Empat puluh tahun setelah Nabi Nuh menanamnya, Allah memerintahkannya untuk menebangnya dan menggunakannya untuk (membangun) bahtera, seperti firman Allah, ‘Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami!’ (QS Hud : 37). "Lalu, dia menebang pohon itu dan mulai mengerjakannya," ujar Al-Thabari.
Adapun proses pembuatan bahtera tersebut, menurut Salman al-Farisi, membutuhkan waktu selama 400 tahun dan pohon yang ditanam adalah jenis pohon jati.
Salman al-Farisi berkata, “Nuh membangun bahtera selama 400 tahun. Dia membiarkan pohon jati itu tumbuh selama empat puluh tahun hingga tingginya mencapai 300 hasta.”
BACA JUGA:Cara Mengajukan Pinjaman Usaha bagi UMKM, Cek Bunga, Biaya, Syarat Terbaru KUR BNI 2023
Ukuran hasta (jarak dari jari ke siku) relatif, namun apabila mengikuti kesepakatan umum internasional pada masa kini, satu hasta sama dengan 0,4572 meter.
Artinya, jika mengikuti standar hari ini, tinggi pohon-pohon tersebut maka mencapai sekitar 137 meter.
Ibnu Katsir dalam "Qashash Al-Anbiya" menggambarkan Nabi Nuh membangun bahtera, dan oleh karenanya orang-orang mulai mengolok-oloknya. Ibnu Katsir mengatakan Nuh memilih tempat di luar kota, jauh dari laut.
Dia mengumpulkan kayu dan peralatan dan mulai siang dan malam untuk membangun bahtera. Sementara itu Ibnu Ishaq, mengutip dari Taurat, mengatakan, ahli Kitab Taurat berasumsi bahwa Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membangun perahu dari kayu jati.
BACA JUGA:Lengkap! Ini Jenis KUR Syariah di BSI 2023, Cek Syarat dan Prosedur Pengajuannya
Dia harus membuatnya miring, untuk kemudian dilapisi dengan ter di dalam dan di luar, dan membuatnya dengan panjang 80 hasta dan lebar 50 hasta, dan tingginya di langit 30 hasta. “(Allah memerintahkannya) untuk membangunnya dengan tiga lantai, bagian bawah, tengah, dan atas, dan untuk membuat jendela padanya. Nuh melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah. Akhirnya, dia menyelesaikannya.”