Saat berumah tangga, wanita Tarim tidak pernah menyusahkan suami mereka. Begitu juga para suaminya, tidak pernah menyusahkan istri mereka. Bila barang keperluan harian, seperti beras susu dan sebagainya kehabisan, mereka tidak langsung memberitahu suami karena khawatir si suami tidak mempunyai uang atau sedang sibuk.
Maka yang mereka lakukan adalah meletakkan bungkusan-bungkusan kosong itu pada tempat yang dikira mudah dilihat oleh suaminya. Seluruh hajat dan keperluan dapur seperti sayur dan sebagainya, suami yang belikan ke pasar.
Keadaan ini tidak pula menghalang para istri untuk keluar membeli ke pasar khusus wanita seperti membeli baju atau barang keperluan wanita. Namun, urusan dapur seperti membeli sayur, beras dan lain-lainnya itu merupakan tugas suami atau pembantu.
BACA JUGA:Bunga yang Ditawarkan Lebih Besar dan Transfer Gratis, Ini 5 Keuntungan Menabung di Bank Digital
Istri juga selalu menghias dan menjadikan kamar tidur harum mewangi. Bila suaminya pulang, maka pastilah kamar sudah dikemas rapi, indah dan harum.
Pakaian suami sudah pasti wangi, kamar mandi juga wangi dan semuanya dikemas serapi mungkin. Karena wangi-wangian itu mampu membangkitkan suasana yang tenang dan romantis serta menambahkan kasih sayang.
Istri juga tak pernah mengangkat dan meninggikan suara pada suami. Mereka tidak pernah marah dan tidak pernah cemburu. Bila mereka merasa kesal, mereka akan menangis dan mengadu pada suaminya dengan nada yang lirih.
Itulah marah mereka. Keadaannya sama juga dengan para suami. Mereka tidak pernah marah pada istri, apalagi mencaci dan menghina. Bila suami merasa sangat kesal atas sesuatu perkara, mereka akan menulis sepucuk surat kepada istri dan kemudian mereka akan pergi atau tidur.
Kemudian nanti istri akan menjawab pula surat suami tadi, seterusnya suami pula akan menjawab surat daripada istri dan sehingga akhirnya mereka berdua akan tertawa bersama.