“Keputusan rapat: Presiden/Pangti memutuskan, bahwa pimpinan AD langsung dipegang oleh Pangti, sedangkan Mayor Jenderal Soeharto diperintahkan untuk menjalani tugas operasi militer, kemudian kepada saya ditugaskan sebagai caretaker Menpangad dalam urusan sehari-hari,” tulis Pranoto Reksosamodra dalam buku Memoar Mayor Jenderal Raden Pranoto Reksosamodra (2002).
BACA JUGA:Tragis, Warga Kota Padang Ditemukan Meninggal di Pondok Kebun yang Terbakar
Ibu Tien Terbakar Cemburu
Hubungan antara Bung Karno dan Pak Harto tambah renggang ketika Supersemar keluar pada 1966. Sahabat Pak Harto, Bob Hasan tampak prihatin dengan hubungan kedua tokoh bangsa tersebut.
Bob Hasan lalu memiliki ide untuk mendamaikan keduanya. Ia mencoba mengajak istri termuda Bung Karno, Ratna Sari Dewi bermain golf di Rawamangun.
Namun, pada saat yang sama, Bob Hasan juga mengundang Soeharto untuk bermain golf. Diketahui niat Bob Hasan adalah baik, yaitu demi pulihnya hubungan baik antara Pak Harto dan Bung Karno, katanya. Kebetulan yang dijadikannya medium adalah Ratna Sari Dewi. Keduanya akhirnya berjumpa di lapangan golf pada 20 Maret 1966.
Tapi, misi itu tak berjalan mulus. Penyebabnya karena Ratna Sari Dewi juga keras kepala. Karena itu, titik temu rasanya sukar didapat. Menurut Sejarawan Jepang, Aiko Kurasawa kelebihan Ratna Sari Dewi tak cuma di kecantikannya saja, tapi juga keberaniannya. “Pada waktu itu Ibu Dewi orang yang sangat berani. Bukan hanya cantik tapi berani,” cerita Aiko Kurasawa.
BACA JUGA:Kisah Cinta Bung Karno dan Naoko Nemoto, Nikah Diam-diam dan Ramai Pesan Stop Impor Istri
“Sekarang saya sedikit mau cerita tentang Ibu dewi Soekarno. Kebetulan saya sempat wawancara dengan beliau. Mungkin 15 kali. Terhitung sering. Pernah pula Ibu Dewi meminta saya menuliskan otobiografinya dia. Jadi Ibu Dewi minta saya untuk mewawancara dia. Disitu beliau banyak mengungkap rahasia juga. Jadi kebanyakkan tulisan saya (tentang peristiwa 1965) sumbernya dari ibu dewi.” Ungkap Aiko Kurasawa dalam Kuliah Umumnya di Universitas Pendidikan Ganesha pada 7 September 2017.
Meski begitu, Pak Harto memberikan tiga opsi kepada Dewi sehubungan dengan nasib suaminya. Pertama, pergi ke luar negeri untuk beristirahat. Kedua, tetap tinggal sebagai presiden sebulan saja.
Ketiga, mengundurkan diri secara total. Pak Harto mengusulkan Dewi memilih opsi pertama dan menyarankan Jepang atau Mekkah sebagai tempat peristirahatan. Pemberian opsi itu telah dianggap oleh Ratna Sari Dewi sebagai tanda bahwa Soekarno di mata Soeharto telah kalah.
Masalah pun berlanjut. Pertemuan antara Soeharto dan Ratna Sari Dewi sampai ke telinga Ibu Tien. Sebagai wanita, Ibu Tien langsung terbakar api cemburu. Apalagi Ratna Sari Dewi masih muda dan memiliki kecantikan yang luar biasa. Imbasnya, Ibu Tien mediamkan Soeharto sampai berhari-hari. Adik Soeharto, Probosutedjo sampai tak tega dengan Soeharto.
Akhirnya Probosutedjo mendatangi Bob Hasan dan menceritakan bahwa idenya malah jadi petaka bagi keluarga Soeharto. Lantaran itu Probosutedjo tempat pula turun tangan untuk menenangkan istri dari Soeharto yang sering dipanggilnya Mbakyu.
BACA JUGA:Gunakan Gading Gajah Haram Apa Dibolehkan, Ini Penjelasan Hukumnya Menurut 4 Madzhab