Bahkan sebaliknya, mereka berebutan mencium tangan Abu Nawas dan mulai berteriak kegirangan menyambut datangnya hujan yang sudah lama ditunggu.
Saat itu sang kepala dusun menghampiri Abu Nawas. "Tuan Syekh, sebenarnya doa apa yang Tuan panjatkan sehingga langit berkenan menurunkan hujan," tanya kepala dusun.
Dengan polosnya Abu Nawas menjawab, "Begini, doaku biasa saja, tapi jubahku ini tinggal satu dan tidak pernah dicuci selama berbulan-bulan. Bila aku menjemurnya pasti hujan akan turun deras, mungkin karena langit tidak tahan dengan bau jubahku," celetuk Abu Nawas.
Mendengar hal itu sontak para warga langsung tertawa terpingkal-pingkal. Sejak saat itu Abu Nawas mulai menetap di sana sembari menunggu kemarahan Baginda Raja reda.
Tim liputan