Pada tahun 1755, Kapten Oie Tjhie memugar kembali klenteng itu dan dinamai Kim Tek le yang berarti klenteng kebajikan emas. Nama ini memuat pesan agar manusia tidak hanya mementingkan materi, tetapi juga kebajikan sesama manusia.
3. Kelenteng Tay Kak Sie, Semarang
Kelenteng Tay Kak Si merupakan salah satu Kelenteng terbesar dan terlengkap di Semarang. Klenteng Tay Kak Sie awalnya bernama Kelenteng Kwam Im Ting yang didirikan oleh seorang pedagang yang bernama Kho Ping dan Bon Wie serta dibantu kawan-kawan mereka.
Kelenteng ini didirikan pada tahun 1746 untuk memuja Yang Mulia Dewi Welas Asih, Kwan Sie Im Po. Namun, klenteng ini berkembang digunakan untuk memuja berbagai Dewa-Dewi Tao. Nama Tay Kak Sie yang berarti “Kuil Kesadaran Agung” tertulis pada papan nama besar di pintu masuk Kelenteng.
4. Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang
Namanya berasal dari kata Boen (benteng), Tek (Kebajikan), dan Bio (rumah ibadah) yang dimaknai sebagai tempat atau wadah bagi sastrawan yang memiliki kebijaksanaan. Klenteng ini diperkirakan berdiri sekitar tahun 1684 oleh penduduk Kampung Petak Sembilan. Sebagian besar penduduk di daerah itu adalah orang Tionghoa. Diperkirakan mereka menempati kawasan muara Sungai Cisadane (Teluk Naga) sejak 1407.
Bangunan awal kelenteng ini sederhana dan semipermanen. Ketika jalur perdagangan di sekitar wilayah Sungai Cisadane mulai ramai pada abad ke-17, klenteng ini pun dibangun dan sempat beberapa kali mengalami renovasi sampai bentuknya saat ini.
5. Kelenteng Kwan Sing Bio, Tuban
Kelenteng ini diperkirakan didirika pada tahun 1773 silam dan merupakan satu-satunya kelenteng di Asia Tenggara yang menghadap ke arah laut. Nama Kwan Sing Bio berarti tempat pemujaan dan penghormatan kepada Dewa Kwan Kong. Tempat ini ramai dikunjungi saat ulang tahun Dewa Kwan Kong dirayakan pada 24 bulan 6 dalam sistem penanggalan Tionghoa
Salah satu keunikan kelenteng ini adalah pada gerbang masuk yang terdapat Gapura kepiting raksasa, karena dahulu kawasan ini merupakan tambak yang banyak kepitingnya.
6. Kelenteng Tek Hay Kiong, Tegal
Klenteng ini merupakan bukti keberadaan etnis Tionghoa di Tegal yang sudah ada pada masa kolonial. Masyarakat percaya bahwa kelenteng ini didirikan pada tahun 1690, tapi ada juga yang menyebutnya dibangun pada tahun 1760 oleh seorang Kapiten atau Kapten Souw Pek Gwan dengan nama Kelenteng Cin Jin Bio.