NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Perubahan iklim yang terus berlangsung semakin memperburuk dampak yang ditimbulkan oleh El Nino, menyebabkan musim kemarau menjadi lebih panjang. Sebaliknya, musim hujan semakin pendek.
Cuaca belakangan ini sangat tidak menentu, dengan kejadian-kejadian ekstrem seperti hujan deras yang berganti dengan panas terik keesokan harinya, atau mendung yang menyelimuti langit berhari-hari namun suhu udara tetap tinggi.
Kota Jakarta, sebagai contoh, mengalami fenomena cuaca yang mencolok, meskipun bulan November lalu sempat turun hujan, tetapi durasinya singkat. Sebaliknya, panas yang menyengat mendominasi selama beberapa minggu.
Pada tanggal 25 Desember 2023, Hari Natal, cuaca di Jakarta mulai menunjukkan perubahan dengan awan mendung dan hujan yang kembali turun. Namun, tidak semua daerah beruntung, karena beberapa wilayah di Indonesia justru mengalami banjir.
Edvin Aldrian, seorang pakar meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa puncak musim kemarau yang sedang berlangsung diperkirakan masih akan berlangsung hingga bulan Januari 2024. Situasi ini disebabkan oleh intensifikasi fenomena El Nino yang semakin parah, menjadi salah satu dampak nyata dari perubahan iklim yang terus berlangsung.
BACA JUGA:Ini Tabel Cicilan KUR BRI Pinjaman Rp 100 Juta, Cek dan Lengkapi Syarat Pengajuan Terbaru
Fenomena El Nino dapat diamati dari peningkatan suhu rata-rata di Samudra Pasifik yang melampaui nilai normal.
Dampaknya termasuk penurunan curah hujan dan perpanjangan musim kemarau. Di Indonesia, perubahan ini telah terjadi sejak beberapa tahun lalu dan masih terus berlangsung.
Diprediksikan musim hujan baru akan tiba sekitar Januari hingga Februari 2024 saja, sebelum kembali memasuki musim panas. Kehadiran musim hujan yang singkat ini menimbulkan kekhawatiran karena potensi hujan deras yang lebih intensif. Hal ini dapat memicu bencana terkait air seperti banjir dan longsor, yang semakin mungkin terjadi.
BACA JUGA:Masih Banyak PPPK Lulus Seleksi Belum Bisa Akses untuk Isi DRH NI, Ternyata Ini Penyebabnya
Menghadapi situasi saat ini, terlihat bahwa di dunia yang semakin panas, wilayah yang sudah basah cenderung semakin basah, sementara wilayah yang kering akan menjadi lebih gersang.
Edvin menyatakan kekhawatirannya terutama terkait dengan peningkatan kebasahan di Indonesia, seperti yang terjadi di Sumatera Barat yang baru saja mengalami banjir bandang. Dia menjelaskan bahwa salah satu dampak perubahan iklim adalah peningkatan curah hujan ekstrem di sebagian besar wilayah di dunia.
BACA JUGA:Banyak Orang Mengira Gunung Padang Ada di Sumatera Barat, Padahal Bukan, Kenapa Namanya Padang?
Fenomena El Nino, yang bisa diamati dari peningkatan suhu rata-rata di Samudra Pasifik yang melampaui nilai normal, memiliki implikasi besar. Salah satunya adalah penurunan curah hujan dan perpanjangan musim kemarau yang terjadi di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Transisi cuaca yang terus berlangsung ini memperkirakan bahwa musim hujan baru akan menghampiri sekitar Januari hingga Februari 2024 sebelum berlanjut dengan musim panas.