Ngayau Dayak, Tradisi Berburu Kepala Musuh yang Dijadikan Piala

Sabtu 27-01-2024,14:38 WIB
Reporter : Sept Widiyarti
Editor : Agus Faizar

BACA JUGA:Cara Mengetahui Suami Selingkuh atau Tidak, Tanda Pertama Mulai Suka Berbohong

Hingga kini, di beberapa rumah ada yang menyimpan tengkorak kepala musuh yang diturunkan sejak zaman nenek moyangnya. 

Dengan mereka membawa balik kepala musuh semasa Ngayau, maka dianggap sebagai suatu anugerah berharga. Tak hanya itu, bahkan juga sebagai simbol kehormatan, keberanian, dan juga penolak bala. 

BACA JUGA:Ini 12 Tanda Suami Selingkuh di Tempat Kerja, Salah Satunya Jarang Ajak Istri ke Kantor

Setelah tradisi tersebut berlangsung, maka biasanya seorang lelaki akan disematkan gelar ‘Bujang Berani’ yang berarti raja berani atau pahlawan ulung.

Ada pula versi yang menyebutkan bahwa, memenggal kepala musuh menurut kepercayaan mereka dapat menghindarkan diri dari gangguan roh musuh.

BACA JUGA:Cukup Diam Dirumah, Pantau Pasanganmu dengan Cara Mengetahui Pasangan Selingkuh dengan Getcontact

Kemudian, bagi suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, tradisi mengayau adalah untuk kepentingan upacara Tiwah.

Upacara tiwah merupakan upacara sakral terbesar suku Dayak Ngaju untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju langit ke tujuh. 

BACA JUGA:Cukup Diam Dirumah, Pantau Pasanganmu dengan Cara Mengetahui Pasangan Selingkuh dengan Getcontact

Sedangkan bagi Suku Dayak Kenyah, ngayau juga berkaitan dengan tradisi mamat. Saat para prajurit kembali dari perburuan dan mengalahkan musuh, maka mereka akan disambut dengan tradisi mamat bali akang yang terkenal keramat. 

Jadi, prosesi penyambutan ini melibatkan iringan alat musik tradisional dan tarian datun julud oleh para perempuan.

BACA JUGA:Langkah Bijak, Cara Mengetahui Suami Selingkuh saat LDR dengan Ciri-ciri Ini

Sementara itu, bagi Suku Iban, ngayau juga disebut gawai, tak hanya bersifat religius namun juga cara mereka berpesta besar-besaran dan bersenang-senang.

Lantas, apakah tradisi tersebut masih ada sampai kini? 

Perlu diketahui, pada tahun 1874, Damang Batu, Kepala Suku Dayak Kahayan mengadakan musyawarah bernama Tumbang Anoi. Dalam musyawarah tersebut, dijelaskan perjanjian untuk mengakhiri tradisi ngayau karena dianggap menimbulkan perselisihan di antara Suku Dayak.

Kategori :