NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Hampir semua orang pernah mengonsumsi telur dadar. Namun dibalik itu, mengonsumsi telur dadar dianggap bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker dan diabetes.
Nah, untuk mengetahui secara pasti telur dadar bisa sebabkan penyakit kanker dan diabetes atau tidak, mari simak artikel ini hingga tuntas.
Telur dadar atau omelet adalah variasi hidangan telur goreng yang disiapkan dengan cara mengocok telur terlebih dahulu dan menggorengnya dengan minyak goreng atau mentega panas pada sebuah wajan.
BACA JUGA:Ini Hukumnya Sedekah dengan Uang Haram Kata Ustad Abdul Somad, Risikonya Timbul Penyakit Serius
Telur dadar dan omelet sebenarnya hanya memiliki sedikit perbedaan dimana tekstur omelet lebih lembut dan empuk dibandingkan dengan telur dadar.
Telur dadar adalah salah satu hidangan yang banyak dipilih sebagai salah satu menu andalan untuk sarapan sebab kemudahan dalam proses pembuatannya.
Saat ini banyak terdapat jenis telur dadar beberapa diantaranya adalah telur dadar Minang (padang dan telur dadar ala Korea.
Namun, apakah benar konsumsi telur dadar bisa sebabkan penyakit kanker dan diabetes?
BACA JUGA:Pahami dan Simpan Informasi ini, Berikut Daftar Penyakit yang Ditanggung BPJS Kesehatan
Melansir dari berbagai sumber, studi yang membuktikan konsumsi telur bisa sebabkan kanker masih sangat terbatas.
Sebuah comparative study pada 2009 yang diterbitkan di Asian Pacific Journal of Cancer Prevention mencoba mengeksplorasi lebih lanjut hubungan antara konsumsi telur dan risiko kanker.
Para peneliti melakukan studi kasus-kontrol dari 11 lokasi kanker di Uruguay antara tahun 1996 dan 2004, termasuk 3.539 kasus kanker dan 2.032 kontrol di rumah sakit.
BACA JUGA:Punya Manfaat Dahsyat Atasi Penyakit, Ini Cara Menurunkan Darah Tinggi dengan Bawang Putih
Mereka menemukan hubungan antara konsumsi telur yang lebih tinggi dan peningkatan risiko beberapa jenis kanker. Namun, studi prospektif lebih lanjut mengenai hal ini masih diperlukan.
Studi terbaru, sekelompok peneliti medis dan kesehatan masyarakat dari Universitas Ilmu Kedokteran Iran, Imperial College London Inggris, dan Universitas Nipissing di Kanada bekerja sama untuk meninjau temuan dari 226 penelitian sebelumnya tentang kanker ovarium yang semuanya telah dilakukan hingga Januari 2020.