BENGKULU, RBTVCAMKOHA.COM - “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Demikian ayat yang memerintahkan setiap umat muslim untuk menunaikan ibadah puasa. Meski wajib dan rutin menunaikan puasa ramadhan, namun tidak seluruh umat muslim yang mengetahui sejarah puasa ramadhan. Dikutip dari nu online, berikut ini sejarah dari puasa ramadhan.
Puasa awal mula disyariatkan setelah peristiwa hijrah. Ketika itu setelah tiba di Madinah, Nabi Muhammad rutin menjalankan puasa Asyura (10 Muharram), sebelum puasa ramadhan diwajibkan.
BACA JUGA:KUR BRI Mulai Disalurkan, Suku Bunga Berbeda, Berikut Syaratnya
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas RA, Ketika tiba di Madinah, Rasulullah SAW menyaksikan umat Yahudi Madinah berpuasa Asyura. Nabi lantas bertanya puasa yang dijalankan umat Yahudi Madinah itu.
BACA JUGA:Geger, Harga Emas Naik Rp 25 Ribu per Gram dalam Satu Hari, Jangan Terburu-buru Dijual
Mereka menjawab jika hari itu (saat mereka puasa) merupakan hari (Asyura) hari baik. Hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari musuh mereka.
Rasulullah SAW kemudian juga ikut berpuasa Asyura dan memerintahkan sahabatnya untuk berpuasa Asyura.
BACA JUGA:Wow, KUR Khusus Buat Kelompok Usaha Plafon Rp 500 Juta, Segera Cek Syaratnya
Puasa bulan ramadhan disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Saat itu Allah SWT menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 183-185 sebagai perintah wajib puasa ramadhan. Setelah puasa ramadhan diwajibkan, Rasulullah SAW memberikan pilihan kepada sahabatnya untuk mengamalkan dan tidak mengamalkan puasa Asyura.
Guru besar hukum Islam di Mesir, Syekh Muhammad Afifi Al-Baijuri atau dikenal dengan nama pena Syekh Muhammad Khudari Bek mengatakan, pada tahun pertama perintah wajib puasa ramadhan, para sahabat dilarang untuk mendekati istri mereka pada malam-malam puasa.
BACA JUGA:Nasabah Dimanjakan Pinjam KUR BRI, Bulan Ini Disiapkan Dana Rp 12 Triliun
Aturan tersebut dirasa berat oleh para sahabat. Al-Qur’an kemudian meringankan keberatan dan kesulitan ibadah ramadhan tersebut melalui Surat Al-Baqarah ayat 187 yang membolehkan mereka untuk menggauli istri pada malam hari.
Awalnya, umat Islam diberikan pilihan antara mengerjakan puasa ramadhan dan fidyah sebagai denda jika tidak melaksanakan puasa ramadhan. Hal ini disebutkan oleh Al-Qur’an pada Surat Al-Baqarah ayat 183-184.