1. Harta Karun yang Tersibak Tsunami Aceh
Beberapa saat setelah bencana tsunami melanda Aceh, seorang warga Desa Gampong Pande, bernama Fatimah menemukan koin-koin emas yang bertuliskan aksara Arab.
Harta karun tersebut ditemukan dekat kuburan kuno yang keberadaannya dikuak gelombang tsunami dahsyat yang melantak Aceh pada 2004.
Koin yang ditemukan diperkirakan berasal antara tahun 1200 hingga 1600 Masehi. Gelombang gergasi mengangkat makam kuno yang berisi jasad penguasa pada Abad ke-13 yang dimakamkan bersama harta benda miliknya.
BACA JUGA:4 Cara Cek Tunggakan BPJS Kesehatan di HP, Salah Satunya Lewat WhatsApp
Sebelum tsunami terjadi, tak ada warga yang berani mengusik makam yang dikeramatkan tersebut. Namun, pasca temuan tersebut, orang-orang menyerbu Gampong Pande. Membawa peralatan sederhana, mereka juga ingin dapat harta karun.
Koin yang ditemukan kemudian dijual ke penadah yang saat itu mematok harga Rp800.000 tiap keping. Gempong Pande terletak di bekas wilayah kerajaan Islam pertama di Aceh, yang dipimpin Dinasti Meukuta Alam.
Kerajaan itu kemudian bergabung dengan negeri tetangga, yang diperintah Dinasti Darul Kamal menjadi Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1590-1636).
Selama masa kepemimpinannya, kerajaan tersebut menjalin hubungan diplomatik dengan Inggris, Kekaisaran Ottoman di Turki, dan Belanda.
BACA JUGA:Ternyata, Diam-diam Bengkulu Menyimpan Harta Karun, Segini Cadangan Emas di Bukit Sanggul Bengkulu
Antara Abad ke-13 dan ke-17, desa Gampong Pande menjadi semacam sentra industri, yang memproduksi banyak barang, termasuk koin emas.
Kabar penemuan harta karun pascatsunami tersebut menjadi perhatian dunia sejumlah media asing ikut mengabarkannya.
2. Harta Karun Diduga Milik Kerabat Nabi
Tumpukan harta karun terbaring di dasar laut Indonesia selama lebih dari 1.000 tahun. Sebanyak 270 ribu objek termasuk kristal, permata, keramik, porselen Tiongkok, mutiara, dan emas ditemukan para penyelam di sebuah bangkai kapal dari Abad ke-10 yang berjarak 80 mil dari Pelabuhan Cirebon, antara pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.
Keberadaan kapal di kedalaman 56 meter itu awalnya dilaporkan para nelayan yang menjala ikan di sekitarnya. Eksvansi dilakukan antara April 2004 dan Oktober 2005. Tim penyelam harus melakukan 22 ribu perjalanan dari kapal barang tersebut untuk mengambil muatannya.
BACA JUGA:Harta Karun Ini Banyak Ditemukan, jika Dikelola Optimal, Penduduknya Bakal Kaya