Dengan letak geografi pegunungan, Desa Batu Ampar berada lebih dari 700 DPL, sehinga Desa Batu Ampar memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata.
Desa Batu Ampar memiliki penduduk 720 jiwa dengan 213 kepala keluarga dengan mata pencaharian utama sebagai petani dengan komoditas terbesar adalah kopi.
Dengan beberapa potensi tersebut, maka Desa Batu Ampar menetapkan diri menjadi desa ekowisata dengan menjadikan semua potensi sebagai bagian menu wisata.
Dari luasan wilayah yang dimiliki oleh desa, perkebunan kopi mendominasi sebagai tanaman unggulan yang telah dikelola oleh masyarakat secara turun temurun dari sejak cikal bakal berdirinya desa pada tahun 1946.
Dari total penduduk 205 KK berdasarkan data kependudukan desa pada Desember 2020, terdapat 193 kepala keluarga mengelola kopi, baik memiliki kebun sendiri ataupun sebagai penggarap. Selain itu terdapat lebih dari 100 KK dari desa lain yang memiliki perkebunan kopi di wilayah Desa Batu Ampar.
BACA JUGA:17 Mesjid di Kaur Dapat Bantuan Gubernur Total Rp 700 Juta, Ini Daftarnya
Sejak awal dimulainya perkebunan kopi, masyarakat Desa Batu Ampar tidak mengenal perkebunan kopi tanaman sejenis, masyarakat terbiasa dengan tanaman beragam, hal itu dilakukan secara alamiah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan memanfaatkan lahan perkebunan kopi yang dimiliki.
Tanaman yang biasanya terdapat di kawasan perkebunan kopi masyarakat adalah aren untuk membuat gula, bambu untuk keperluan membuat pondok.
Semenjak berdiri tahun 1946, Desa Batu Ampar memang sudah akrab dengan bambu. Terisolasi karena akses jalan, membuat masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sandangnya menggunakan bambu sebagai bahan rumah, anyaman bahkan peralatan dapur seperti cangkir dan tempat menampung air.
Selain kebutuhan sandang, bambu juga dimanfaatkan sebagai bahan pangan dengan memanfaatkan rebung bambu. Bahkan sejak tahun 1970 an, masyarkat sudah memulai menjual rebung untuk konsumsi masyarakat luar desa.
BACA JUGA:Banjir Rendam Tiga Hektare Sawah dan Putuskan Tiga Gorong-gorong di Lubuk Resam
Provinsi bengkulu memang memiliki masakan khas yang berbahan dasar babu seperti lemea dan rebung asam, sehingga penjualan rebung dijadikan komoditi yang dapat menambah penghasilan warga. Makanya warga menargetkan menambah 1000 batang bambu.