Isinya memaparkan pemikiran Kartini tentang berbagai masalah yang dihadapi oleh perempuan Jawa pada zamannya, termasuk tradisi feudal yang menindas, pernikahan paksa, poligami, dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.
Dalam surat-suratnya, Kartini dengan lugas menyampaikan keluhan dan gugatan terhadap budaya di Jawa yang dianggapnya sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Sebagai seorang putri Bupati Jawa, Kartini membagikan pengalaman hidupnya yang memberikan wawasan mendalam tentang kondisi perempuan pada masa itu.
BACA JUGA:Pinjaman Pensiunan Janda di BTN, Dana Tunai Rp 300 Juta Cair dengan Siapkan 10 Syarat Ini
Salah satu penggalan isi surat Kartini yang terkenal adalah ketika ia menulis kepada Profesor Anton dan Nyonya pada tanggal 4 Oktober 1902. Dalam surat tersebut, Kartini memohon untuk diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Ia menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan ini bukan untuk menjadikan perempuan sebagai pesaing laki-laki, melainkan untuk memberikan pengaruh yang besar bagi kaum wanita agar lebih mampu dalam menjalankan peran alamiah mereka, yaitu sebagai ibu dan pendidik generasi mendatang.
Kartini percaya bahwa melalui pendidikan, perempuan akan lebih mampu untuk menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik sesuai dengan kodratnya sebagai ibu dan pendidik pertama bagi anak-anak.
Pendidikan di mata Kartini bukan hanya tentang penguasaan pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kemandirian perempuan dalam menjalani hidupnya.
Surat-surat Kartini kepada teman-temannya di Eropa tidak hanya mencerminkan pemikiran yang mendalam, tetapi juga mengandung semangat perjuangan dan kepedulian sosial yang tinggi.
Dalam suratnya kepada Ny. Van Kol pada tanggal 21 Juli 1902, Kartini mengajak untuk melaksanakan cita-cita dan bekerja untuk masa depan yang lebih baik.
Dia mendorong untuk berjuang demi kebahagiaan ribuan orang yang tertindas oleh hukum yang tidak adil dan pemahaman yang keliru tentang kebaikan dan keburukan.
Pesan ini mencerminkan kepeduliannya terhadap ketidakadilan sosial yang melanda masyarakat pada masa itu.
BACA JUGA:Simulasi Tabel Angsuran Kredit Mobil Syariah Honda Brio RS MT dengan DP Rp 36 Juta Tanpa Bunga
Dalam suratnya kepada Nn Zeehandelaar pada tanggal 12 Januari 1900, Kartini mengungkapkan pengalaman pahitnya dalam menghadapi diskriminasi dan ketidaksetaraan di sekolah.
Meskipun seringkali dicemooh dan dihina oleh orang Belanda, Kartini tetap bersikeras untuk maju dan memperjuangkan hak-haknya.