Meski Sudah Dikeruk Ratusan Tahun Oleh Belanda, Harta Karun di Sumatera Barat Masih Sisakan Ratusan Juta Ton

Minggu 28-04-2024,20:53 WIB
Reporter : Novan Alqadri
Editor : ahmad afandi

Jalur kereta api dibangun sepanjang 100 kilometer menghubungkan Sawahlunto dengan Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang. Lokomotif terbaru pun didatangkan dari Jerman.

Mak Itam namanya. 

Batu bara membuat Sawahlunto menjadi magnet bagi kaum pendatang di awal abad 20.

Kebutuhan akan pangan meledak. Memaksa Belanda membangun pusat pengolahan makanan yang kini menjadi Museum Gudang Ransum.

Di sinilah pemenuhan pangan seluruh para pekerja tambang dan warga masyarakat, termasuk untuk orang Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, pertambangan itu dikelola oleh negara melalui perusahaan yang didirikannya, yakni PT Tambang Batu Bara Ombilin (TBO). TBO kemudian dilikuidasi menjadi anak dari PTBA yang berada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.Hingga kini, Kekayaan batu bara di perut bumi Sawahlunto ini terekam jelas di sebuah lubang tambang batu bara yang dinamakan Lubang Mbah Suro.

Lubang ini merekam perih laranya para kaum pekerja paksa. Kaum tahanan pemerintahan Hindia Belanda yang didatangkan dari Pulau Jawa dan daerah lain yang disebut orang rantai.

Pada tahun 1932, lubang ini ditutup oleh belanda. Pada 2007, lubang yang berada di Tangsi Baru Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar ini pun dibuka kembali oleh pemerintah daerah setelah melalui beberapa kali pemugaran untuk keperluan pariwisata.

BACA JUGA:Harta Karun Emas di Sumatera Utara, Jadi Salah Satu yang Terbesar di Indonesia

Saluran air dan udara ditambahkan agar pengunjung dapat memasukinya dengan nyaman.

Meski PTBA UPO kini tidak beroperasi lagi, karena harga acuan batubara kini tak sebanding dengan ongkos produksi jenis tambang. 

Namun, PTBA UPO telah membangun sebuah museum bernama Museum Tambang Batubara Ombilin pada 14 Juni 2016 lalu.

Pada tahun 1950, batu bara bukanlah sumber energi yang dibutuhkan industri maupun transportasi darat dan laut.

Teknologi pada mesin yang semula menggunakan batu bara mulai beralih dengan menggunakan diesel berbahan bakar solar. Hal tersebut secara signifikan memengaruhi hasil produksi tambang batu bara yang kian menurun.

Tambang batu bara tertua yang sudah dieksploitasi sejak jaman Hindia Belanda ini berada di sepanjang Bukit Barisan, sekitar 70 Km dari Kota Padang. 

Lokasi tambang yang bernama Tambang Ombilin itu telah berproduksi selama satu abad.

Kategori :