Tidak hanya itu, konsumsi makanan dengan GI tinggi juga dapat menimbulkan beban kerja yang berat pada pankreas.
Pankreas akan memproduksi insulin dalam jumlah besar untuk menanggapi lonjakan gula darah yang tiba-tiba setelah mengonsumsi makanan dengan GI tinggi.
Jika pola makan yang mengandung makanan berindeks glikemik tinggi terus berlanjut, pankreas dapat mengalami kerusakan yang berpotensi menyebabkan diabetes tipe 2, terutama bila tidak diimbangi dengan gaya hidup yang sehat.
Berdasarkan pembahasan di atas, kini kita dapat memahami bahwa nasi pera sebenarnya lebih sehat daripada nasi pulen, meskipun rasanya cenderung kurang enak.
BACA JUGA:Indonesia Produsen Nikel Terbesar di Dunia! Letaknya di Maluku Utara, Ini Titik Lokasinya
Hal ini disebabkan oleh indeks glikemik yang lebih rendah pada nasi pera, yang membuatnya lebih baik untuk kesehatan tubuh kita. Meskipun demikian, preferensi antara nasi pera dan nasi pulen masih bervariasi di antara masyarakat.
Dengan memahami perbedaan antara keduanya serta pengaruhnya terhadap kesehatan tubuh, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijak dalam memilih makanan pokok kita sehari-hari. Dengan begitu, kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan mencegah risiko penyakit yang berkaitan dengan pola makan yang tidak sehat.
Mari kita berkomitmen untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti beras pera atau beras merah, guna menjaga kadar gula darah dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dengan demikian, kita dapat hidup lebih sehat dan berkualitas.
Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi kita semua dalam menjaga kesehatan dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya memilih makanan yang sehat dan bergizi.
Sheila Silvina