Ahmad bin Isa, yang mendapat julukan Al-Muhajir karena hijrah dari Basrah pada tahun 317 H (896 M) ke Hadhramaut, Yaman, bersama keluarganya pada masa pemerintahan Khalifah Abbassiyah di Baghdad, meninggal di Husaisah, sebuah desa di Hadhramaut, pada tahun 345 Hijriah.
BACA JUGA:10 Jenis Ikan Ini Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Bisa Membahayakan Kesehatan Janin!
Selama hidupnya, dia dikenal sebagai sosok yang sangat berilmu dan berbudi luhur. Sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, banyak yang menganggapnya sebagai pewaris agama Islam dan bagian sah dari Ahlul Bait.
Dengan penilaian tersebut, wilayah Hadhramaut berkembang menjadi semacam pusat pembelajaran agama Islam, meskipun tidak ada lembaga pendidikan formal yang khusus untuk itu.
Dengan waktu, wilayah ini menjadi semacam "sekolah" bagi mereka yang ingin mendalami agama Islam, di mana hubungan antara guru dan murid terasa sangat kuat secara spiritual. Dari sini berkembanglah aliran pendidikan yang dikenal sebagai Al-tariqa Al-Alawiyya (Tarikat Alawiyin).
Dengan adanya Tarikat Alawiyin, istilah Habib di Hadhramaut menjadi lebih luas, tidak lagi hanya merujuk pada garis keturunan.
BACA JUGA:Menarik! Ini Perbandingan POCO X5 5G vs POCO X5 Pro 5G, Kamu Tertarik yang Mana?
Lulusan sekolah Tarikat Alawiyin yang terkemuka pun sering kali dipanggil sebagai Habib, sehingga terdapat pandangan bahwa habib hanyalah sebuah sebutan.
Namun, di Asia Tenggara, terutama di kalangan Alawiyin, istilah habib masih secara khusus merujuk pada garis keturunan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, muncul berbagai varian gelar lain yang diberikan kepada keturunan Nabi, seperti Sayyid dan Sharif.
Ahmad bin Isa memiliki empat orang anak dari istrinya, Syarifah Zainab binti Abdullah bin Al-Hasan bin 'Ali al-'Uraidhy, yaitu Ubaidillah, Muhammad, Ali, dan Husein.
BACA JUGA:Nyaris Mirip! Ini Perbandingan Samsung Galaxy A34 vs A35, Dua Ponsesl Unggul Samsung A Series
Pada saat hijrah bersama ayahnya, Ahmad bin Isa, Ubaidillah memiliki tiga orang putera: Alwi (Alawi), Jadid, dan Ismail. Namun, pada akhir abad ke-6 Hijriyah, keturunan Ismail dan Jadid dikatakan tidak melanjutkan garis keturunan mereka, sehingga nasab mereka punah dalam sejarah.
Sedangkan keturunan dari Alwi tetap berlanjut. Keturunan Alwi bin Ubaidillah ini kemudian dikenal sebagai kaum Alawiyin.
Kaum Alawiyin memperoleh tempat yang istimewa di hati masyarakat Hadhramaut, dan para pencari ilmu semakin ramai datang dari berbagai penjuru dunia.
Sosok yang menonjol di antara mereka adalah Al Faqih Muqaddam, yang menjadi peletak dasar tasawuf bagi kaum Alawiyin.