Kenapa Harus Disematkan Gelar?
Antropolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi menjelaskan, tradisi penyematan gelar haji atau hajjah ini sejarahnya bisa dilihat dari tiga perspektif, yaitu perspektif keagamaan, kultural dan kolonial.
- Secara keagamaan
Haji merupakan perjalanan untuk menyempurnakan rukun Islam. Perjalanan yang jauh dan panjang, biaya yang mahal, persyaratan yang tidak mudah, penting dan tidak semua orang bisa lakukan.
Karenanya, gelar haji disematkan bagi siapa saja yang berhasil melakukannya.
- Secara kultural
Narasi dan cerita-cerita menarik, heroik, dan mengharukan selama berhaji juga terus berkembang menjadi cerita popular, sehingga semakin banyak orang tertarik naik haji.
Bahkan, sebagian besar tokoh-tokoh masyarakat juga bergelar haji. Karenanya, ibadah haji semakin penting dan gelar haji di Indonesia punya nilai dan status sosial yang tinggi
- Secara kolonial
Dulu, banyak perlawanan penjajahan berasal dari umat Islam, terutama yang baru haji.
Karenanya, disematkanlah gelar haji sejak 1916, agar lebih mudah mengawasi bagi yang memberontak.
Asal Mula Gelar Haji Ternyata Akal-akalan Penjajah Belanda
Asal usul dari pemberian gelar haji ini sendiri bermula dari zaman kolonial Belanda. Gelar haji ini mulai digunakan pada tahun 1916. Pemberian gelar haji ini pun digagas oleh para penjajah Belanda demi memberikan tanda atau simbol untuk setiap rakyat Indonesia sekembalinya dari Tanah Suci.
BACA JUGA:Jangan Sampai Jadi Haji Mardud, Ketahui Ciri Amalan Ibadah Haji Ditolak Oleh Allah
Tanda atau simbol yang diberikan Belanda ini sendiri berkaitan dengan pemberontakan gerakan Islam yang kerap berkonflik dengan Belanda saat itu.