Tujuannya adalah untuk mengelabui penerima agar mengklik link tersebut, sehingga penipu dapat mengakses perangkat atau akun finansial korban.
Berdasarkan riset nasional berjudul "Penipuan Digital di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi" yang dilakukan pada tahun 2022, terdapat lima jenis penipuan yang paling sering diterima oleh responden:
1. Penipuan berkedok hadiah 91,2% responden pernah menerima penipuan jenis ini.
2. Pinjaman online ilegal 74,8% responden.
3. Pengiriman tautan berisi malware atau virus 65,2% responden.
4. Penipuan berkedok krisis keluarga 59,8% responden.
5. Investasi ilegal 56% responden.
BACA JUGA:Cek-cek! Ini Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan di Sulawesi Selatan 2024
Penelitian ini dilakukan melalui survei daring dengan sampling non-probabilitas, melibatkan 1.700 responden dari berbagai demografi di 34 provinsi Indonesia, dan memaparkan realitas penipuan digital dari Februari hingga Juni 2022.
Media yang Digunakan Penipu
Media sosial merupakan platform yang paling sering digunakan oleh penipu untuk menjalankan aksinya. Selain itu, aplikasi chat seperti WhatsApp dan situs web juga sering menjadi alat penipuan.
Setiap media memiliki cara penyampaian penipuan yang berbeda. Misalnya, penipuan berkedok hadiah biasanya disampaikan secara random dan massal melalui panggilan telepon atau SMS, sedangkan penipuan pinjaman online ilegal sering kali dilakukan melalui transferan tiba-tiba dari rekening tidak dikenal diikuti dengan tagihan pinjaman.
BACA JUGA:Jangan Dibuang, Begini 8 Cara Mencuci Handuk yang Sudah Menghitam, Dijamin Kinclong Bak Baru Kembali
Kerugian Akibat Penipuan Online
Penipuan di dunia digital atau kejahatan siber juga marak terjadi di seluruh dunia. Salah satu modus penipuan paling terkenal adalah Business Email Compromise (BEC).
BEC adalah jenis kejahatan siber di mana penipu menggunakan email untuk memperdaya seseorang agar mengirimkan uang atau memberikan informasi rahasia perusahaan.