Asyura ini merujuk pada 10 bulan Muharram, berkaitan dengan peristiwa wafatnya Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhamad di Karbala (sekarang masuk Irak).
Malam 1 Suro selalu diperingati oleh masyarakat Jawa, setelah shalat Magrib. Malam pergantian hari Jawa ini dimulai saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan tengah malam.
Contoh tradisi masyarakat Jawa malam satu suro yaitu Jamas Pusoko, Ruwatan, hingga Tapa Brata. Dalam tradisi keraton, ada gunungan tumpeng dan kirab benda pusaka.
Berikut ini lebih lengkapnya untuk keistimewaan malam satu Suro antara lain:
1. Awal Tahun Baru Jawa
Malam satu Suro merupakan awal dari tahun baru Jawa. Masyarakat Jawa memandang malam satu Suro sebagai momen penting untuk merayakan pergantian tahun dan memulai awal yang baru dengan penuh harapan dan doa.
BACA JUGA:InsyaAllah Rezeki Lancar dan Hati Tenang jika Rutin Amalkan Sholawat Ma’tsuroh dan Ghairu Ma’tsuroh
2. Nilai Spiritual
Malam satu Suro dipandang sebagai malam yang penuh dengan nilai spiritual dan keagamaan. Masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan doa sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan.
3. Tradisi Kebudayaan yang Kaya
Malam satu Suro merupakan bagian dari tradisi kebudayaan Jawa yang kaya akan makna dan simbolisme.
Tradisi-tradisi yang dilakukan pada malam tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan warisan budaya yang perlu dilestarikan.
BACA JUGA:Bukan Cuma Keberuntungan, 4 Weton Ini juga Diberkahi Rezeki Melimpah Selama Bulan Suro
4. Momen Bersatu dan Berbagi